Workshop Tugas Akhir Alternatif SPI UIN Jakarta Dorong Mahasiswa Kembangkan Karya Kreatif Berbasis Sejarah
Workshop Tugas Akhir Alternatif SPI UIN Jakarta Dorong Mahasiswa Kembangkan Karya Kreatif Berbasis Sejarah

Tangerang Selatan, Berita FAH Online – Program Studi Sejarah dan Peradaban Islam (SPI) Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar Workshop Pedoman Penulisan Tugas Akhir Alternatif pada Selasa, 18/11/2025, melalui Zoom Meeting. Kegiatan ini menjadi langkah strategis dalam memperkenalkan pilihan tugas akhir selain skripsi mulai dari novel sejarah, film dokumenter, konservasi peninggalan sejarah, hingga bentuk karya kreatif lainnya.

Workshop menghadirkan narasumber Prof. Dr. Sarkawi Hussain, S.S., M.Hum., Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Airlangga, dan diikuti lebih dari seratus peserta yang terdiri atas dosen serta mahasiswa SPI. Kegiatan dibuka oleh Kaprodi SPI, Dr. Zakiya Darojat, M.A., yang menegaskan bahwa model tugas akhir alternatif diperlukan untuk menjawab perkembangan dunia keilmuan.

“Mahasiswa kita harus diberi ruang untuk berkarya tidak hanya melalui tulisan ilmiah. Di banyak kampus, termasuk UNAIR, tugas akhir berkembang menjadi bentuk yang lebih kreatif. Itu yang ingin kita adaptasi,” ujarnya.

Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Dr. Ade Abdul Hak, S.Ag., SS., M.Hum., dalam sambutannya menilai workshop ini sebagai upaya penting untuk memperkuat kualitas akademik. Ia menekankan bahwa artikel ilmiah sebagai tugas akhir alternatif dapat menjadi karya yang lebih mudah diakses dan dikutip.

“Mahasiswa harus mempersiapkan diri sejak semester lima. Pedoman yang sudah ditetapkan melalui SK perlu dipahami bersama agar implementasinya berjalan baik,” ujar Pak Ade.

Memaparkan materi, Prof. Sarkawi menjelaskan bahwa hadirnya tugas akhir kreatif tidak lepas dari tuntutan kurikulum baru dan kebutuhan kompetensi lebih luas di dunia kerja. Ia mencontohkan bahwa peluang lulusan sejarah sangat besar, termasuk di lembaga arsip.

“Kejaksaan Agung membutuhkan 600 sejarawan, dan yang tersedia baru sekitar 200. Ini menunjukkan bahwa prospek kerja untuk lulusan sejarah sangat terbuka,” jelasnya.

Menurut Prof. Sarkawi, teknologi dan minat mahasiswa yang semakin beragam menuntut pendekatan baru dalam tugas akhir. Mahasiswa dengan minat di bidang audio-visual, konservasi, hingga pengabdian masyarakat harus difasilitasi tanpa mengabaikan standar akademik.

“Tugas akhir alternatif tetap harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Mahasiswa wajib menyusun naskah akademik sekitar 20–50 halaman yang menjadi landasan karya dokumenter atau karya kreatif lainnya,” tegasnya.

Dalam paparannya, Prof. Sarkawi juga menyarankan agar mahasiswa menentukan arah tugas akhirnya sejak semester 4, sehingga pada semester 5 sudah mulai mengerjakan proyek yang dipilih. Dengan pola ini, mahasiswa diharapkan bisa lulus tepat waktu di tahun keempat atau kelima.

Ia menambahkan bahwa tugas akhir alternatif tidak lebih mudah dibanding skripsi. “Bentuknya saja yang berbeda. Secara beban dan tanggung jawab akademik tetap sama,” ujarnya.

Kegiatan ditutup dengan sesi diskusi interaktif, di mana mahasiswa dan dosen membahas peluang, tantangan, serta teknis pelaksanaan tugas akhir alternatif di lingkungan SPI.

Penulis: Rahmat Mubaroq

Dokumentasi:

Tag :