Urgensi Perempuan Modern dalam Pembangunan NKRI
Urgensi Perempuan Modern dalam Pembangunan NKRI
kartini2015

Kompleksitas masalah di Indonesia sudah kian tak terhitung, dan sulit dikendalikan. Masyarakat sudah sulit membedakan antara mana yang perlu di bela dan mana yang tak perlu di bela.  perbedaan kelas semakin terlihat antara si miskin dan si kaya, dan hukum kadang berbicara terbalik dengan fakta. Kompleksitas tersebut menyulut protes dari berbagai elemen masyarakat terhadap birokrasi pemerintahan, tapi kenyataan dilapangan harus diakui bahwa untuk menciptakan tatanan masyarakat bukan hanya tugas pemerintah yang sumber daya manusianya terbatas, namun tugas seluruh elemen masyarakat untuk mewujudkan itu. peran individu dan kelompok masyarakat menjadi material penting dalam suksesi cita-cita luhur tersebut. Untuk membuka gerbang kesulitan menuju kemudahan itu beberapa dekade terakhir marak digalahkan slogan "Persamaan Gender" persamaan peran antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan bermasyarakat. Ide atau gagasan ini ditanggapi secara beragam oleh perempuan Indonesia, respon tersebut tentunya tidak terlepas dari latar belakang perempuan yang beragam, seperti latar belakang pendidikan, lingkungan, budaya, dan agama. Respon dari perempuan menunjukan nilai positif yang signifikan dengan memberikan nilai 3-5 pada angket yang telah disebar dengan angka nilai tertinggi 5. Tentunya pengertian persamaan gender harus kita pahami secara masif.

Berbicara tentang persamaan gender dan emansipasi perempuan, di Indonesia maka kita mengingat pahlawan nasional dengan nama lengkap Raden Adjeng Kartini, lahir 21 April 1879 di Jepara, Jawa Timur. Masa hidupnya tidak panjang hanya 25 tahun, namun gagasannya masih dikenang hingga kini, lewat tulisannya. Dalam bahasa Belanda tulisannya bernama "Door Duisternis tot licht" atau dalam bahasa Indonesia "Habis Gelap Terbitlah Terang" meski gagasannya bukanlah hal baru namun dengan kondisi dan situasi ketika itu bagaikan suplemen untuk perempuan yang berhasil menggebrak tatanan masyarakat ketika itu yang menjadikan perempuan manusia kelas rendah. Pada abad ke-21 ini perempuan semakin terlihat perannya di masyarakat, naiknya Megawati Soekarno Putri sebagai presiden menjadi salah satu pijakan awal yang penting untuk perempuan di Indonesia. Perempuan Indonesia kini dihadapkan dengan persoalan yang berbeda dengan R.A Kartini, masalah lebih kompleks dari sebelumnya perempuan sekarang dituntut untuk bisa beradaptasi dengan zaman, sehingga bisa berkontribusi dengan lebih baik. Perempuan yang mampu beradaptasi dengan zamannya itu maka dikatakanlah perempuan modern, peran perempuan modern terlihat lebih menjanjikan karena mereka bisa memahami hal baru yang bisa dimanfaatkan sebagai peluang untuk mengabdikan diri kepada masyarakat. Perempuan modern tidak hanya mengonsumsi kemodernan yang mempunyai nilai positif dan negatif tapi memproduksi nilai-nilai itu menjadi komoditas yang bisa menjanjikan perubahan di lingkungannya. Perempuan modern yang mampu menguasai bidang-bidang tertentu seperti, teknologi dan bahasa harus mampu mentransformasikannya ke kehidupan yang nyata. Jawaban dari angket yang telah dibuat sebelumnya menunjukan perempuan memilih dunia wirausaha dan pendidikan untuk turut berperan dalam membangun masyarakat ketimbang mengambil peran dalam bidang politik dan pemerintahan. Data tersebut mengindikasikan bahwa perempuan memiliki keinginan untuk memperbaharui tatanan sosial mulai dari yang paling dasar. kendati demikian, saat ini peran perempuan semakin menjanjikan mungkin sebagian kita kenal dengan Wali Kota Surabaya yang akrab di panggil ibu Risma, dan Menteri kelautan ibu Susi. Bukti dan peran perempuan tersebut menunjukan eksistensi perempuan sudah diakui oleh Indonesia. Peran perempuan akan lebih efektif jika seluruh elemen masyarakat mendukung penuh, dengan menghilangkan stigma negatif terhadap kaum perempuan,perempuan bisa berkarir dan mengabdi tanpa menghilangkan peran dasar sebagai makhluk yang telah diciptakan Tuhan untuk melahirkan keturunan, merawat, dan menjadi pendamping yang baik, terbukti dari data yang diterima dari hasil wawancara secara tidak langsung melalui handphone delapan dari sepuluh perempuan memilih menikah terlebih dahulu baru setelah itu berkarir dan mengabdi kepada masyarakat atau memang sebelum menikah sudah berlaku seperti itu. Masalah yang bisa dibilang sebagai masalah klasik yang mungkin jika perempuan turut andil lebih dalam masalah ini bisa diselesaikan secara bertahap. Masalah itu adalah perpecahan antar umat beragama dan gerakan fundamentalisme yang radikal dengan mengatas namakan agama, perempuan bisa hadir dengan melahirkan gagasan yang bertujuan untuk mendamaikan negara dan bahkan dunia. Harapan-harapan itu lahir untuk bisa dibuktikan dan bukan bertujuan untuk mereduksi peran laki-laki atau menjadikan perempuan sebagai tonggak kehidupan tunggal namun alangkah baiknya jika manusia yang dibedakan oleh gender ini bersatu untuk membangun sebuah perubahan yang realistis. R.A Kartini, Mala Hayati, dan Dewi Sartika adalah sebagian kecil pahlawan yang menjadi pelopor kmerdekaan negara,bangsa dan perempuan di Indonesia, peran perempuan modern diharapkan mampu menjadi stimulus untuk perempuan lainnya, agar mimpi menciptakan kesejahteraan bangsa dan negara bisa terwujud.

Irvan Hidayat