Tibyan fi Makrifatil Adyan
Tibyan fi Makrifatil Adyan merupakan salah satu karya Melayu terpenting Nuruddin al-Raniri (w. 1658) di bidang tasawuf, yang ditulis antara masa Pemerintahan Sultan Iskandar Tsani (1636-1641) dan Sultanah Safiyatuddin (1641-1675).
Berdasarkan penjelasan pada bagian awal teks, penulisan karya ini diawali oleh adanya perdebatan panjang di hadapan Sultan Iskandar Tsani antara al-Raniri dan para pengikut ajaran wujudiyyah. Setelah Sultan Iskandar Tsani wafat, al-Raniri mengaku diminta oleh penerus tahta kerajaan, Sultanah Safiyatuddin Syah, untuk menulis sebuah kitab yang "...pada menyatakan segala madhhab dan agama supaya pelihara akan segala mereka itu yang beriman akan i’tikadnya daripada tergelincir dan salah...". (h. 3).
Dalam karya ini, al-Raniri membantah ajaran wujudiyyah ulama Aceh sebelumnya, Syaikh Hamzah Fansuri dan Syamsuddin al-Sumatra’i serta para pengikutnya. Menurut al-Raniri, salah satu ungkapan para pengikut ajaran wujudiyyah yang dianggap sesat adalah karena mereka mengatakan bahwa: innallaha nafsuna wa wujuduna wa nahnu nafsuhu wa wujuduhu, yang diterjemahkan menjadi: "...serta kata mereka itu bahwasanya Allah Taa’la diri kami dan kami diri-Nya dan wujud-Nya..." (h. 2).
Pembahasan al-Raniri disusun menjadi 2 (dua) bab: pertama, menjelaskan berbagai agama (sebetulnya lebih tepat berbagai aliran, faham, dan mazhab) yang pernah ada sejak zaman Nabi Adam as hingga Nabi Isa as, seperti aliran Barahima, Samaniyya, Tanasikhiyya, dan Halwaliyya. Dalam beberapa hal, al-Raniri menyamakan ajaran wujudiyyah dengan beberapa aliran yang dianggapnya sebagai sesat tersebut. Adapun bab kedua "...menyatakan ikhtilaf segala madhhab umat Nabi Muhammad..." (h. 18). Al-Raniri mengutip hadis Nabi yang mengatakan bahwa umat Nabi akan terpecah menjadi 70 golongan yang semuanya masuk neraka, kecuali 1 golongan yang masuk surga, yaitu golongan ahlussunnah wal-jama’ah.
Salah satu salinan naskah Tibyan terdapat di Perpustakaan Ali Hasjmy Banda Aceh, yang tersimpan dalam kondisi baik, meski terdapat tiga halaman kosong, yaitu halaman awal, 5, dan 7. Naskah ini telah dijilid ulang menggunakan lakban merah bersampul karton putih mengkilat. Terdapat penomoran halaman, yaitu pada bagian atas-tengah bingkai teks menggunakan angka Arab. Teks ditulis menggunakan jenis khat naskhi dengan tinta hitam, sementara itu rubrikasi menggunakan tinta merah pada kata penanda alinea baru, kutipan ayat al-Quran, dan ungkapan-ungkapan khusus.