The Fukuoka Prize untuk Prof. Dr. Azyumardi Azra
Gedung 3. FAHIM News. Cendekiawan Muslim terkemuka Indonesia saat ini, Prof. Dr. Azyumardi Azra, kembali membuat publik akademik bangga dengan memperoleh penghargaan the Fukuoka Award untuk kategori Academic Prize Tahun 2014.
The Fukuoka Prize adalah sebuah award yang dianugerahkan oleh Kota Fukuoka dan the Yokatopia Foundation, Jepang sebagai penghargaan atas capaian tertinggi individu atau organisasi dalam melestarikan kebudayaan Asia. Untuk Tahun 2014, Azyumardi bersanding bersama Ezra F. Vogel, sosiolog Harvard University untuk kategori Grand Prize, dan Danny Yung, budayawan asal Hongkong untuk kategoriArts and Culture Prize.
Dengan pencapaian tersebut, Azyumardi Azra, yang juga dosen Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ini melengkapi daftar para penerima the Fukuoka Award asal Indonesia sebelumnya, yakni: Taufik Abdullah (1991), Koentjaraningrat (1994), R. M. Soedarsono (1998), Pramoedya Ananta Toer (1999), dan G.R.Ay. Koes Moertiyah Pakubuwono (2012).
Tim the Fukuoka Prize menilai bahwa pria berusia 59 tahun ini layak memperoleh penghargaan tersebut dengan pertimbangan: "For his strong initiative in promoting international academic exchange and cross-cultural and cross-religious dialogue, and his outstanding contribution to mutual understanding between the Islamic world and the non-Islamic world, Prof. Azyumardi Azra truly deserves the Academic Prize of the Fukuoka Prize."
Begitulah, Prof. Dr. Azyumardi Azra, yang oleh kolega-kolega dekatnya sering disapa Kak Edi, memang adalah seorang sejarawan terkemuka saat ini, dan seorang cendekiawan Muslim progresif yang mendedikasikan pengabdiannya untuk memberikan advokasi tentang pemahaman moderat tentang Islam, tidak saja dalam level wacana intelektual melainkan juga sebagai aktivis yang telah memberikan kontribusi pada terciptanya saling pengertian lintas budaya, baik untuk masyarakat Indonesia maupun masyarakat internasional . Ia begitu membanggakan karakter Islam Indonesia berikut khazanah lokal yang dimilikinya, karena dianggap sebagai kunci terciptanya masyarakat Muslim yang harmonis dan toleran, berbeda dengan karakter Muslim di wilayah lain, khususnya di Timur Tengah.
Bagi Azyumardi, yang masih duduk sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, pengakuan internasional the Fukuoka Prize melengkapi penghargaan the Commander of the Order of the British Empire (CBE Award) atau “Panglima Kerajaan Inggris” yang pernah diterimanya dari Ratu Inggris, Elizabeth II pada Tahun 2010.
Sebagai penerima The Fukuoka Prize untuk kategori Academic Prize, anak pasar Lubuk Alung, Sumatra Barat ini akan menerima sebuah Prize Certificate, Prize Medal, dan uang sejumlah 3.000.000 Yen, atau senilai Rp. 340.000.000,-. Semua penghargaan tersebut akan diterima Azyumardi di Fukuoka Jepang pada tanggal 21 September 2014. Sebelumnya, sebagai bagian dari seremonial penerimaan the Fukuoka Prize tersebut, Azyumardi juga akan memberikan public lecture berjudul "Democratizing and Growing Indonesia: Ties between Japan, the West, and the Islamic World".
Di Jakarta sendiri, Kedutaan Jepang akan mengadakan "Press Conference dan Reception Celebration the award of the Fukuoka Prize 2014" untuk kolega-kolega Prof. Dr. Azyumardi pada 12 Agustus 2014.
Civitas Akademika Fakultas Adab dan Humaniora mengucapkan selamat untuk Prof. Dr. Azyumardi, yang telah membuat bangga kami semua. Semoga ilmu-ilmu Humaniora dengan karakter Islam Nusantara yang dikembangkan di FAH akan melahirkan azyumardi-azyumardi kecil di masa depan. Semoga (OF).