Testriono: Alumni FAH "nyantri" di DeKalb
DeKalb, USA. ALUMNI. Salam hangat dari DeKalb. Saya Testriono, alumni Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2008.
Sekadar mau mengabarkan, saya sekarang di DeKalb untuk melanjutkan studi. ALhamdulilah saya di sini sehat. Sudah sebulan ini mulai kuliah. Pelan-pelan sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan dan cuaca di sini. Untuk makan, lebih sering masak biar sesuai lidah, dan terutama karena jauh lebih murah. Dua minggu lalu suhu cuaca sempat turun di bawah 10 c, tapi sekarang sudah hangat lagi di atas 15 c.
Sebelum ke DeKalb, saya memperoleh orientasi 3 hari dari Institute of International Education (IIE) di Washington, D.C., ibukota Amerika. Tahun ini ada 31 orang penerima beasiswa PRESTASI USAID [untuk 5 area studi: education, health, environment, economic growth, dan democratic governance] yang tersebar di kampus-kampus di Amerika. Sebelum ke kampus masing-masing, semua penerima beasiswa memperoleh orientasi terlebih dulu khususnya terkait kehidupan sosial, budaya dan sistem pendidikan di Amerika.
Northern Illinois University (NIU) terletak tak jauh dari pusat kota DeKalb. Ini adalah kampus menengah dengan jumlah mahasiswa sekitar 20.000 orang. Mahasiswa internasional berasal dari berbagai negara, seperti India, China, Korea, Timur Tengah, Afrika, termasuk Indonesia. Tapi, jumlah mahasiswa Indonesia hanya belasan di sini, tidak begitu banyak. Center for Southeast Asian Studies NIU adalah salah satu pusat studi Asia Tenggara di Amerika yang masih aktif sampai saat ini. Di perpustakaan NIU terdapat koleksi khusus Asia Tenggara, termasuk karya-karya tentang Indonesia. Professor Dwight Y. King yang sekarang sudah pensiun adalah salah seorang pengajar senior di Departemen Ilmu Politik NIU, tempat saya belajar. Beliau adalah salah seorang Indonesianis terkemuka dan memperoleh beberapa penghargaan dari pemerintah Indonesia karena dedikasinya. Beberapa sarjana ilmu politik Indonesia seperti Anies Baswedan, Nico Harjanto, dan Philips Vermonte pernah diajar Professor King ketika belajar di NIU. DeKalb adalah kota kecil di negara bagian Illinois. Jaraknya sekitar 70 miles dari Chicago, kota besar terdekat yang merupakan ibukota Illinois. Sebagai college town, ketika musim liburan kota ini sepi. Transportasi umum dalam kota mengandalkan bis kampus yang gratis untuk mahasiswa. Bis ini lewat sekitar 30 menit sampai satu jam di titik-titik pemberhentian. Illinois terletak di jantung Midwest. Kontur geografis tanahnya flat sehingga sebagian besar arealnya menjadi lahan produktif perkebunan. Jagung adalah yang paling banyak, sebagian saya lihat ada kedelai. Sepanjang highway dari Chicago ke DeKalb melewati perkebunan jagung yang luas. Untuk wisata, yang terdekat adalah ke Chicago atau ke negara bagian Wisconsin yang berbatasan langsung dengan Illinois. Beberapa kali saya diajak oleh orang Indonesia di sini ke Chicago, juga ke Milwaukee, Wisconsin, kota di mana terdapat museum dan pabrik motor Harley Davidson yang legendaris itu. Beberapa mahasiswa Indonesia di sini punya mobil, dan mereka seringkali menawarkan tumpangan kalau mau belanja atau jalan-jalan. Karena kota kecil, angkutan umum ke luar kota cukup langka. Ke Chicago harus naik kereta di stasiun di kota sebelah DeKalb. Dulu katanya sempat ada stasiun di DeKalb, tapi karena orang-orang Afro-Amerika dari Chicago jadi pada tinggal di DeKalb, warga minta ditutup. Untuk mencegah meningkatnya kriminalitas kabarnya. Alhamdulillah para mahasiswa di sini baik dan saling membantu. Sebagian besar mereka tinggal berdekatan di Suburban Apartmens, termasuk saya. Ketika saya baru datang, beberapa dari mereka membantu mencarikan perlengkapan, seperti kasur, alat masak, meja belajar dan lain-lain. Sebagian besar barang-barang itu adalah peninggalan mahasiswa Indonesia sebelumnya yang sudah selesai. Suburban Apartmens tidak menyediakan furniture dan fasilitas lain, jadi semua harus cari sendiri. Internet dan listrik juga berlangganan sendiri, kecuali air dan gas. Jarak apartemen ini ke kampus sekitar 1,5 miles. “Bu Lurah” mahasiswa Indonesia di sini, Mbak Srie dan suaminya Pak Tunru juga baik dan sering membantu mahasiswa-mahasiswa Indonesia di sini. Mereka juga kerapkali mengadakan kumpul dan makan bersama para mahasiwa Indonesia di NIU. Ketika saya baru datang mereka mengundang saya dan mahasiswa Indonesia lain makan malam di rumahnya. Mereka sudah di DeKalb sejak 2004, ketika Anies Baswedan masih ada dan kini sedang menunggu anak-anak mereka selesai sekolah sebelum pulang ke Indonesia. Semester ini saya mengambil 9 kredit (3 mata kuliah). Dua metode, satu major (Comparative Politics). Untuk metode saya ambil Statistik dan Scope and Methods of Political Science. Sisanya saya ambil Comparative Historical Analysis of Politics. Yang terakhir ini pengajarnya Danny Unger, ahli Thailand lulusan Berkeley, salah seorang pengajar senior di NIU. Hampir setengah mata kuliah yang saya ambil adalah metode, sisanya major dan minor. Total saya harus ambil 36 kredit selama dua tahun. Seperti sering saya dengar cerita di PPIM, metode pembelajaran di sini benar-benar ketat. Reading assignment tiap-tiap mata kuliah sekitar 5 paper perminggu. Itu masih ditambah homework dan menulis paper. Sebagian besar perkuliahan adalah seminar atau diskusi. Benar-benar menantang. Sampai di sini dulu. Akan dilanjutkan di lain waktu. Terima kasih atas semua motivasi dan dukungannya.=====
Testriono dilahirkan di Palembang, Sumatera Selatan, 27 Mei 1982. Selepas Sekolah Dasar, ia meneruskan sekolahnya ke Pesantren Ar-Riyadh, Palembang, Sumatera Selatan, selama tiga tahun. Kemudian, ia melanjutkan ke Pesantren Pabelan, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Gelar Sarjana Humaniora diperolehnya pada tahun 2008 dari Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Semasa kuliah aktif di kelompok diskusi Forum Mahasiswa Ciputat (Formaci). Pernah pula aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) KOFAH, serta menjadi Pemimpin Redaksi Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Instititut UIN Jakarta. Skripsinya, “Potret Santri Kelas Menengah Masa Orde Baru: Kuntowijoyo dan Pandangannya tentang Islam Indonesia” mengantarkannya menjadi peneliti muda di Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta. Selain itu, hingga sekarang, ia juga menjadi asisten editor jurnal bertaraf internasional Studia Islamika yang diterbitkan oleh PPIM UIN Jakarta.