Tesis yang Berkualitas
[caption id="attachment_3634" align="alignnone" width="150"] Jejen Musfah[/caption]
Semester empat program magister. Tidak ada pembelajaran di kelas di semester ini. Mahasiswa bisa fokus menulis tesis, menyusun proposal, ujian, membaca buku, jurnal, menulis tesis, dan ujian. Bahkan, di masa liburan, Januari dan Februari, mahasiswa bisa ujian proposal tesis. Kuliah magister selama dua tahun atau empat semester. Biayanya 20 juta-an. Meskipun beberapa mahasiswa bisa membayar dua kali lipat atau lebih dari ini karena berleha-leha.
Mahasiswa beasiswa harus selesai karena menggunakan uang rakyat untuk ragam keperluan kuliahnya, meskipun banyak juga yang tidak selesai. Diusahakan selesai tepat waktu sesuai masa beasiswa karena selanjutnya harus membayar sendiri. Hal ini tidak mudah karena banyak mahasiswa yang tidak berstatus mahasiswa penuh, tetapi bekerja sambil kuliah.
Balik ke sekolah atau kampung halaman dengan gelar magister pasti membuat semua orang senang—terutama keluarga dan orangtua. Faktanya biacara lain, mahasiswa sering hilang di semester ini. Mereka tidak ke kampus, seperti saat semester I, II, dan III. Entah mereka ada di sekolah/ madrasah, kantor, atau lainnya. Pada saat masa perkuliahan pun, beberapa mahasiswa jarang mengunjungi kantor Prodi. Padahal, di Prodi, mereka bisa membaca tesis-tesis atau diskusi topik riset dengan Kaprodi atau para dosen.
Di semester empat seharusnya mahasiswa fokus bergulat dengan buku, tesis, jurnal, dosen, dan situs penelitian. Pertama, buku dan jurnal. Referensi memandu penulis membuat bab teori dan kerangka konseptual. Pedoman penggalian data atau instrumen juga disusun berdasarkan referensi terkait. Fokus riset artinya mahasiswa harus membaca, menelaah, dan mengklasifikasi hasil bacaannya.
Aktivitas tersebut bisa dilakukan di waktu-waktu tertentu dalam seminggu. Selama tiga atau dua hari dalam seminggu mahasiswa harus fokus untuk membaca dan menulis. Jika sebelumnya, dua hari di kelas, tetaplah datang ke kampus atau tempat tertentu untuk menulis dan membaca. Tetap mengosongkan dua hari dalam seminggu untuk fokus tesis. Jika mengharapkan hasil riset dan tesis yang bagus—sehingga bisa dibukukan, mereka harus menyediakan semua hari. Mereka bisa mengajukan cuti kerja selama satu semester. Demi tesis yang berkualitas.
Referensi membuat konsep atau variabel riset yang ada dalam judul penelitian menjadi terang-benderang. Peneliti juga akan mudah mencari lokus riset dan menyusun instrumen atau pedoman penelitian. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin besar peluang tesisnya bagus. Buku dan internet adalah pembimbing kedua dan ketiga mahasiswa. Pembimbing yang sangat baik karena tidak pernah bosan dan kesal menghadapi mahasiswa yang kadang “tidak tahu aturan”.
Masalah yang dihadapi saat menulis tesis tidak harus selalu ditanyakan kepada pembimbing, tetapi kepada buku dan internet. Ketika mahasiswa bingung menentukan dua pendapat berbeda dari pembimbing dan penguji misalnya, maka bisa dicari jawabannya dalam buku-buku atau internet.
Buku yang dikutip adalah buku yang ditulis oleh pakar di bidangnya. Hindari terjemahan jika aslinya bisa didapatkan. Terbitan lima atau sepuluh tahun terakhir diutamakan. Membeli buku untuk tesis harus diupayakan, meskipun di perpustakaan ada, khususnya buku-buku primer terkait fokus riset.
Konsep dan teori riset harus ada di luar kepala mahasiswa. Dia paham betul tentang keduanya. Jika keduanya sudah jelas, akan mudah menyusun Bab IV, membuat kesimpulan, dan saran. Saat ujian tesis, banyak mahasiswa tidak menguasai teori risetnya, sehingga membaca tesis saat menjawab pertanyaan penguji.
Buku-buku itu mempermudah pelaksanaan dan penulisan hasil riset. Mahasiswa harus suka membaca. Dibawanya buku-buku itu kemana dia pergi. Di mana ada kesempatan, dia membacanya. Inilah ciri mahasiswa pembelajar sehingga hasilnya akan menggembirakan dosen.
Kedua, dosen pembimbing. Paling sedikit mahasiswa bertemu dengan dosen pembimbing dua kali dalam sebulan. Jika empat bulan berarti ia bimbingan sebanyak delapan kali. Karena membayar uang semester empat, mahasiswa harus memanfaatkannya dengan maksimal untuk bimbingan. Bukan menunda-nunda. Membayar semester tetapi tidak menulis dan bimbingan, itu tindakan pemborosan dan sia-sia. Lebih baik meminjam uang untuk membayar semester tetapi tesis selesai, daripada mencari uang untuk membayar semester tetapi tesis tidak selesai atau tidak dikerjakan.
Sistem pembayaran penuh uang semester dipilih kampus karena bertujuan mendorong mahasiswa selesai tepat waktu. Tetapi banyak mahasiswa yang tidak menyadarinya. Mereka selesai kuliah terlambat atau bahkan banyak yang dropout.
Mahasiswa harus menentukan kapan atau setiap hari apa dia harus bimbingan. Bimbingan bukan dengan kepala kosong, tetapi membawa tulisan hasil bacaan. Datang dengan kepala kosong akan membuat pertemuan dengan dosen tidak maksimal karena tidak ada bahan yang harus dikoreksi dosen. Jika mahasiswa datang dengan sedikit atau tanpa pengetahuan terkait apa yang akan didiskusikan, pertemuan dengan dosen tidak akan efektif dan produktif.
Tesis harus sudah benar dari aspek teknis penulisannya, sehingga bimbingan fokus pada masalah-masalah substansi. Kesalahan-kesalahan teknis merugikan mahasiswa dan dosen. Bahkan dalam ujian, beberapa dosen sering fokus pada hal-hal teknis daripada substansi. Yang rugi mahasiswa karena tidak mendapatkan saran yang selaiknya.
Mahasiswa seharusnya tidak segan menghubungi dosen untuk bertemu. Tidak lekas putus asa jika dosen kurang responsif, atau telat menjawab WA. Berpikir positif, berusaha keras, serta berdoa. Saya ingat dulu saat menulis disertasi selalu membaca Rabbii, yassir wa laa tu’assir, setiap kali hendak bertemu dosen.
Seratus halaman tesis berat bagi mereka yang malas, tetapi bagi mereka yang rajin dan tekun itu ringan. Memulai dari satu atau dua halaman, tetapi konsisten. Pekerjaan terasa berat jika dipikirkan tetapi ringan jika dikerjakan. Dimulai dengan basmalah. Terkadang saya salat dua rakaat ketika jenuh menulis atau merasa tidak punya ide untuk menulis.
Tesis yang bagus adalah tesis yang selesai, tidak peduli mutunya. Asal selesai. Hal ini bisa benar bisa juga tidak. Sungguh sayang, jika riset selama tiga atau empat bulan hanya berakhir di perpustakaan atau hanya syarat meraih gelar magister. Mengapa tidak menulis dengan serius agar kelak tesisnya bisa diterbitkan menjadi buku. Dibaca banyak banyak orang. Dosen dimanfaatkan dengan baik dalam melahirkan tesis yang bagus. Bukan bimbingan yang formalitas. Kerjasama mahasiswa dan dosen harus bagus. Keduanya harus satu visi. Hasil tidak akan jauh dari kualitas proses. Wallahu a’lam. (mf)
Dr Jejen Musfah MA, Kepala Prodi Magister Pendidikan Islam FITK UIN Jakarta. Sumber: Kegiatan Perpisahan Kelas Beasiswa Kemenag RI, APSG, 9 Januari 2019.