Student Mobility-Outbound 2023
Oleh: Hilya Maylaffayza
Mengunjungi Malaysia dengan biaya 0 rupiah merupakan anugerah luar biasa yang Allah berikan kepada saya di tahun 2023. Setelah melewati berbagai seleksi yang ada di tingkat fakultas, alhamdulillah akhirnya saya, Hilya Maylaffayza, terpilih menjadi delegasi untuk mewakili Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) dalam program Student Mobility Outbound 2023. Bukan hal yang mudah untuk lolos seleksi program ini, wabilkhusus di fakultas saya yakni FAH. Saya mengikuti program ini bersama 11 kawan dari fakultas yang berbeda. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mendelegasikan 12 mahasiswa dari 12 fakultas yang berada di UIN Jakarta. Seluruhnya dibayarkan secara penuh atau bahasa kerennya fully funded.
Student mobility pada hakikatnya merupakan program yang diinisiasi oleh international office UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tentu program ini sangat berkesan bagi saya. Untuk pertama kalinya saya berhasil berangkat ke luar negeri untuk sebuah agenda luar biasa, hal ini membawa saya kepada banyak perspektif baru. Bertemu dengan masyarakat multikultural dan multigama secara real adalah hal yang sulit terbayangkan dalam benak saya. Mengunjungi negeri jiran bagi segelintir orang mungkin adalah hal yang biasa, tapi bagi saya ini adalah kesempatan luar biasa. Berkeliling dunia dengan pesawat, bertemu teman-teman lintas negara, dan mempelajari budaya baru adalah hal yang sangat mengasyikkan. Saya termasuk manusia yang baru pertama kali naik pesawat. Jujur ketika tiba di bandara internasional Soekarno- Hatta, hati saya berdegup sangat kencang. Saya membayangkan sesuatu yang seharusnya tidak dibayangkan. Waktu demi waktu terus bergulir, hingga tibalah waktu penerbangan saya dan tim ke Malaysia, tepatnya pukul 04.15 WIB di tanggal 24 Oktober 2023. Di dalam pesawat, saya mengeluarkan tasbih yang dititipkan oleh orang tua saya sambil melantunkan sholawat dan ayat-ayat suci lainnya. Sempat pulas di pesawat hingga akhirnya pesawat sampai di Malaysia.
Mengenal dan menjalin hubungan persaudaraan dengan dosen serta segenap keluarga Universiti Putra Malaysia (UPM) membuat saya jatuh cinta dengan Malaysia. Di sana, saya dan tim dilayani dengan sangat baik. Kami disajikan makanan khas Malaysia dan ditemani untuk mengelilingi Malaysia sejak hari pertama hingga hari terakhir kepulangan kami. Makanan di Malaysia ternyata identik dengan kuah kari, santan, dan Chili (cabai) yang tidak terlampau pedas. Saya bukan pecinta pedas, bahkan tidak bisa makan pedas, tetapi makanan pedas di Malaysia sedikit banyaknya bisa ditolerir oleh perut dan lidah saya. Tidak hanya belajar soal makanan, program student mobility ini juga berhasil mengajak saya mentadabburi alam semesta milik-Nya. Saya banyak menganalisis kondisi-kondisi jalan di Malaysia, penduduk setempat, sistem perdagangan, pendidikan, dan banyak hal lainnya di Malaysia.
Berbekal refleksi beberapa hal di atas, mindset saya seolah berubah tentang dunia. Hamparan bumi Allah sangat luas, saya dan kawan-kawan pembaca harus mengunjunginya satu persatu. Berkat program ini, saya sadar bahwa menjadi orang tawassuth sangat penting, sebab saya tidak bisa memaksakan ideologi di tengah masyarakat yang multikultural dan multigama seperti di Malaysia. Selain itu, implementasi ilmu padi berhasil menemukan titik terangnya berkat program ini. Sepandai dan se-punya apa pun diri kita, sejatinya kita semua adalah makhluk Allah yang bertugas sebagai khalifah sahaja di bumi-Nya. Terima kasih, program student mobility, berkat program ini saya berhasil menemukan diri saya dalam versi yang berbeda. Banyak sekali perubahan mindset dan behavior yang saya rasakan setelah menjadi alumni dari program menarik ini. Semoga saya dapat menjadi wasilah orang lain untuk turut mengenal dunia luas. Do'akan saya, ya!