Rubi, Mahasiswi BSA Raih Juara I Internasional Musabaqah Syarhil Qur’an di Surabaya
Rubi, Mahasiswi BSA Raih Juara I Internasional Musabaqah Syarhil Qur’an di Surabaya

Tangerang Selatan, Berita FAH Online – Pada malam yang diguyur hujan deras, tiga mahasiswa dari fakultas dan jurusan berbeda sedang berjuang menuntaskan rekaman syarhil untuk sebuah kompetisi yang bahkan awalnya tidak terlalu mereka rencanakan. Di tengah suara angin dan gemuruh hujan yang memaksa mereka mengulang pengambilan video berkali-kali, tak ada yang menyangka bahwa rekaman itu yang akan membawa mereka melangkah sampai panggung kemenangan. Salah satunya adalah Siti Robiatul Adawiyah, akrab disapa Rubi, mahasiswi semester 3 Program Studi Bahasa dan Sastra Arab.

Rubi bukan nama baru dalam dunia Musabaqah Syarhil Qur’an. Ketertarikannya sudah muncul sejak duduk di bangku SMP. Namun perjalanannya tidak selalu mulus. Ia sempat meninggalkan syarhil dan memilih fokus pada Musabaqah Fahmil Qur’an. Hingga saat kuliah, ia kembali menemukan pintu itu lewat UKM HIQMA. “Saya ingin belajar lagi, berkumpul dengan teman-teman MTQ. Dan karena tidak ada peminatan Fahmil Qur’an, saya memutuskan kembali mendalami syarhil,” ungkapnya.

Namun ada satu hal yang membuat Rubi ragu: rasa minder. “Saya ingin membuktikan pada diri saya bahwa saya juga bisa melawan ketakutandan perasaan minder itu,” katanya. Selain itu, ia membawa misi dakwah. Syarhil baginya bukan hanya perlombaan, tetapi sarana menyampaikan pesan Qur’ani kepada masyarakat.

Kesempatan itu datang dari seorang sahabat yang memberi kabar tentang ajang Dies Natalis & Festival Dakwah yang digelar oleh Prodi Dakwah dan Komunikasi UIN Maulana Malik Ibrahim Surabaya. Didukung penuh oleh sahabatnya, Rubi mengajak dua rekannya dari Fakultas Dirosat Islamiyah dan Fakultas Tarbiyah untuk membentuk tim. “Awalnya isengmembuat tim syarhil, tapi alhamdulilah Allah beri jalan sampai tingkat internasional,” tuturnya.

Kompetisi ini berlangsung secara hybrid, melalui dua babak: penyisihan dan final. Waktu pendaftaran dan pengumpulan karya hanya satu minggu. Sesuatu yang bagi orang lain mungkin sangat singkat, tetapi bagi Rubi dan timnya, cukup untuk memberi yang terbaik. Babak penyisihan mereka persiapkan hanya dalam satu hari latihan. Hasilnya, pada 17 November 2025, nama mereka diumumkan sebagai finalis.

Yang membuat perjalanan semakin dramatis adalah waktu final yang hanya berjarak satu hari dari pengumuman. Mereka harus berangkat ke Surabaya segera, dengan biaya perjalanan yang tidak sedikit. “Sebagai mahasiswa yang sama-sama merantau, akomodasi cukup membuat kami kebingungan. Kami akhirnya memutuskan menggunakan tabungan masing-masing,” ujar Rubi. Namun mereka tetap berangkat, dengan keyakinan bahwa sebuah ikhtiar tidak boleh berhenti di tengah jalan.

Ketika tiba saat tampil, semua rasa cemas dan lelah perjalanan seolah hilang. “Begitu menginjak panggung, saya lupa apa pun. Fokus saya cuma satu: kami harus menampilkan yang terbaik,” kenang Rubi. Mereka tampil di hadapan juri, peserta dalam negeri, hingga delegasi dari luar negeri seperti Mesir. Suasana menegangkan, tetapi Rubi percaya: Ketika fokus pada diri sendiri tanpa mempedulikan penilaian orang, itu akan mendorong kamu menampilkan yg terbaik

Satu momen paling tak terlupakan bagi Rubi terjadi saat ia berdoa, berharap setidaknya bisa meraih juara dua. “Tapi MasyaAllah… Allah beri lebih. Kami diumumkan sebagai Juara I Internasional.” ucapnya

Bagi Rubi, kemenangan ini bukan milik dirinya saja. Ia menghaturkan terima kasih kepada banyak pihak: keluarga, sahabatnya Safina Prayogo, rekan timnya, Dosen PA Ibu Cahya Buana, HIMLA, teman-teman BSA terutama kelas 3A, Kaprodi BSA beserta jajarannya, hingga Dekanat FAH. “Saya bangga menjadi bagian dari FAH,” katanya.

Lebih dari sekadar prestasi, Rubi ingin menunjukkan bahwa mahasiswa Sastra Arab juga memiliki peran dalam dunia dakwah. “Dari fakultas dan jurusan apa pun, kita bisa selama mau berusaha,” pesannya.

Dari perjalanan ini ia belajar satu hal penting: jangan takut mengambil kesempatan. “Kalau kamu mencoba, ada dua kemungkinan: 50% berhasil, 50% gagal. Tapi kalau kamu diam, kamu pasti gagal 100%,” tuturnya.

Ke depannya, Rubi berharap kampus terus memfasilitasi dan mengapresiasi mahasiswa berprestasi agar semakin banyak talenta muda yang berani melangkah seperti dirinya.

Perjalanan Rubi adalah bukti bahwa keberhasilan seringkali lahir dari keberanian untuk mencoba, bahkan ketika situasi jauh dari sempurna. Dari sebuah rekaman yang diulang-ulang karena badai, hingga akhirnya berdiri sebagai juara internasional, kisah ini menjadi inspirasi bahwa cahaya prestasi bisa lahir dari tempat yang paling sederhana sekalipun.

Tag :