Program Studi Bahasa dan Sastra Arab Gelar Workshop “AI Sebagai Alat Bantu Akademik” Tekankan Etika dan Validitas dalam Karya Ilmiah
Tangerang Selatan, Berita FAH Online — Program Studi Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora menyelenggarakan Workshop bertajuk “AI Sebagai Alat Bantu Akademik: Validitas dan Etika dalam Produksi Karya Ilmiah” pada Selasa (11/11) di Teater Bustami Abdul Ghani, lantai 5 Fakultas Adab dan Humaniora. Kegiatan yang berlangsung pukul 09.00 hingga 12.00 WIB ini dihadiri oleh para dosen serta mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Arab dari berbagai angakatan.
Acara dibuka dengan sambutan oleh Dr. Minatur Rokhim, M.A., selaku Kepala Program Studi Bahasa dan Sastra Arab. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan ucapan terima kasih kepada narasumber dan mengapresiasi antusiasme mahasiswa dalam memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mendukung penulisan artikel ilmiah. Namun demikian, beliau mengingatkan agar penggunaan AI dilakukan secara bijak dan bertanggung jawab.
“Saya mewanti-wanti kepada semua mahasiswa, terutama yang semester akhir, untuk berhati-hati dalam menggunakan AI. Karena terkadang AI ini hanya sebagai alat bantu, tidak menjamin hasilnya akan selalu benar, sebab otak dan pemikirannya tetap dari kita,” ujar Dr. Minatur Rokhim.
Beliau juga berharap agar seluruh peserta mengikuti kegiatan dengan serius sehingga karya ilmiah, terutama tugas akhir, dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Sambutan kemudian diakhiri dengan pembacaan basmallah sebagai tanda resmi dimulainya acara.
Dalam kesempatan terpisah, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Dr. Ade Abdul Hak, S.Ag., M.Hum., turut memberikan apresiasi terhadap penyelenggaraan workshop ini. Menurutnya, kegiatan ini sangat relevan dengan kebutuhan akademik di era digital, sekaligus menjadi pengingat agar mahasiswa tidak menyalahgunakan kecerdasan buatan dalam proses penulisan ilmiah.
“Kegiatan ini sangat bagus, bukan hanya menambah pemahaman mahasiswa tentang penggunaan AI, tetapi juga mengingatkan bahwa yang terpenting dari sebuah tulisan adalah prosesnya. AI dapat membantu, tetapi tetap harus digunakan secara bijak, transparan, dan bertanggung jawab,” ujarnya.
Beliau menekankan bahwa FAH sangat mendukung pemanfaatan teknologi sebagai alat bantu, tetapi tidak untuk menggantikan kerja intelektual mahasiswa.
Workshop ini menghadirkan Amalia Zahra, S.Kom., Ph.D., dosen Magister Teknik Informatika dari Binus University, sebagai narasumber utama. Adapun sesi materi dipandu oleh Sayyidatul Ummah, M.Hum., yang berperan sebagai moderator. Dalam pengantarnya, moderator menekankan bahwa AI memang dapat memperluas kapasitas intelektual manusia, tetapi integritas tetap harus dijaga.
Dalam pemaparannya, Amalia Zahra, S.Kom., Ph.D., menjelaskan bahwa meskipun pemerintah mendorong pendidikan berbasis teknologi, fokus terhadap pemanfaatan AI di bidang akademik masih perlu diperjelas. Workshop ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta mengenai peran AI dalam kegiatan akademik, kemampuan validasi hasil dari AI, serta pentingnya kesadaran etika dalam penggunaannya.
Beliau juga menjabarkan berbagai jenis AI, di antaranya Generative AI, Analytic AI, Cognitive AI, Predictive AI, Conversational AI, Computer Vision, dan Perceptive AI. Dr. Amalia menegaskan bahwa AI hanyalah alat bantu atau co-pilot yang mendukung kerja manusia, bukan pengganti kemampuan berpikir kritis. “Generative AI tidak memiliki pemahaman konseptual seperti manusia dan kerap menghasilkan referensi atau kutipan fiktif. Selain itu, data pelatihannya bisa saja sudah kadaluwarsa dan tidak melalui proses validasi akademik seperti peer review,” jelasnya.
Materi kemudian berlanjut pada pembahasan mengenai etika penggunaan AI dalam dunia akademik dan riset. Dr. Amalia menegaskan bahwa dunia akademik berdiri di atas nilai kejujuran, tanggung jawab, dan transparansi ilmiah. Karena AI tidak memiliki moral atau kesadaran etis, maka manusialah yang bertanggung jawab untuk memastikan penggunaannya tetap sesuai dengan prinsip etika. Tanpa panduan etika, AI dapat disalahgunakan untuk menulis karya tanpa pemahaman, menciptakan data palsu, atau melakukan plagiarisme digital.
Lebih lanjut, beliau menyampaikan prinsip-prinsip etika dalam penggunaan AI di dunia akademik, yaitu kejujuran ilmiah, transparansi, akuntabilitas, privasi dan keamanan data, anti plagiarisme dan originalitas, validitas akademik, serta keadilan dan non-diskriminasi. Menurutnya, Generative AI dapat membantu meningkatkan kreativitas dan mendukung riset, tetapi setiap hasil yang dihasilkan harus diverifikasi, diberikan atribusi, dan tidak boleh dianggap sebagai karya orisinal manusia tanpa pengakuan yang jelas.
Kegiatan ini berjalan dengan interaktif, diakhiri dengan sesi tanya jawab antara peserta dan narasumber. Sebelum tanya jawab, Pemateri memandu untuk melakukan praktik langsung penggunaan AI dalam dunia akademik. Melalui workshop ini, diharapkan mahasiswa semakin memahami bahwa penggunaan AI dalam penulisan ilmiah bukan untuk menggantikan kemampuan berpikir manusia, melainkan untuk memperkuat kualitas dan integritas akademik di era digital.
Penulis : Jasmiko
Dokumentasi:

