Praktikum SPI: Bincang Masa Lalu melalui Sejarah Memori
Praktikum SPI: Bincang Masa Lalu melalui Sejarah Memori

Jakarta, (15 Juni 2023). Hari Kamis lalu, mahasiswa dari kelas 6A Program Studi Sejarah dan Peradaban Islam (SPI), Fakultas Adab dan Humaniora (FAH), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, bertemu dengan seorang saksi sejarah dari peristiwa Semanggi I, Maria Catarina Sumarsih.

Pertemuan ini merupakan bagian dari tugas mahasiswa dalam menyusun film dokumenter dalam mata kuliah Sejarah dan Memori di bawah bimbingan Dr. Imas Emalia, M.Hum. Melalui sesi wawancara, mereka mencoba menggali memori Sumarsih sebagai salah satu pelaku sejarah untuk mengungkap aspek-aspek peristiwa di masa lalu.

Dalam konteks ini, Ida Putri bersama teman-temannya mengangkat tema "Memori Kolektif Bangsa: Catatan Kelam Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu." Pertemuan dengan Sumarsih terjadi ketika ia sedang mengkoordinir aksi rutin di Kawasan Istana Negara pada hari Kamis. Setelah mengutarakan niat mereka untuk melakukan wawancara, Sumarsih dengan sukacita meluangkan waktu untuk berbicara dengan mahasiswa.

Dari wawancara ini, mahasiswa mendapatkan pemahaman mendalam mengenai perspektif Sumarsih sebagai salah satu pelaku sejarah Semanggi I. Banyak informasi penting yang diperoleh dari Sumarsih, yang tidak terdokumentasi dalam catatan sejarah kontemporer mengenai pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negara. Dalam wawancara tersebut, Sumarsih secara rinci menceritakan kronologi peristiwa Semanggi I dan bagaimana penolakan mahasiswa terhadap Sidang Istimewa MPR RI tahun 1998 berkaitan dengan pemilihan umum ulang.

Sumarsih juga membagikan pengalaman pribadinya pada masa itu. Tahun 1998, saat peristiwa Semanggi I terjadi, Sumarsih bekerja sebagai pegawai di DPR RI. Ia menghadapi dilema karena harus membagi perhatiannya antara pekerjaannya sebagai pegawai DPR dan dukungan kepada anaknya yang terlibat dalam demonstrasi. Walaupun sulit, akhirnya ia memberi izin kepada anaknya, Wawan, untuk terlibat dalam demonstrasi tersebut.

Selama hampir 20 menit, wawancara ini membuka insight baru bagi mahasiswa mengenai momen-momen penting dalam peristiwa Semanggi I. Sumarsih dengan tulus menceritakan bagaimana usaha pencarian Wawan setelah terkena tembakan dan bagaimana sulitnya mendapatkan bantuan dari pihak berwenang.

Wawancara ini tidak hanya menjadi bahan pengayaan pengetahuan mahasiswa, tetapi juga membuka perspektif baru dalam melihat sejarah dari sudut pandang pelaku sejarah. Dengan demikian, mahasiswa yang tengah menggali memori kolektif bangsa tentang pelanggaran HAM masa lalu memiliki pemahaman yang lebih mendalam. Kegiatan ini juga berkontribusi pada sensitivitas terhadap masalah HAM dan membantu mahasiswa melengkapi tugas penelitian mereka. Dari pengalaman ini, diharapkan mahasiswa mampu melihat sejarah pelanggaran HAM berat masa lalu dengan lebih mendalam dan berwawasan luas.

Kontributor: Diah Ruhaini
Editor: Faizal Arifin