One-Day International Workshop "History Unveiled: Crafting Storytelling from the Past"
One-Day International Workshop "History Unveiled: Crafting Storytelling from the Past"

Tangerang Selatan, Berita FAH Online- Pada hari Kamis, 26 Juni 2025, bertempat di Ruang Konferensi, Lantai 2, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah dilaksanakan kegiatan Workshop Internasional dengan tema: "History Unveiled: Crafting Storytelling from the Past" Kegiatan ini diselenggarakan oleh Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta, bekerja sama dengan Kelompok Pencinta Bacaan Anak INABBY (Indonesian Board on Books for Young People).

Acara ini dimulai pukul 10.00 WIB dan berakhir pukul 16.00 WIB, dengan menghadirkan narasumber, Dr. Murti Bunanta (INABBY), Dr. Alton Takiyama Chung (pendongeng, Amerika Serikat) dan Dr. Awalia Rahma (Dosen Sejarah Islam, UIN Jakarta). Dimulai dengan pembukaan oleh MC dilanjut dengan sambutan oleh Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Dr. Ade Abdul Hak, M.Hum.,CIQnR serta penyerahan cinderamata kepada Dr. Murti Bunanta dan Dr. Alton Takiyama Chung

Di sesi pertama pemaparan disampaikan oleh Dr. Alton Takiyama Chung beliau memulainya dengan pertanyaan interaktif dengan peserta terkait apa yang peserta ingin dapatkan melalui seminar ini, Beliau menggunakan pendekatan storytelling untuk menghidupkan kembali peristiwa Sejarah. Menurutnya penting untuk menyadari konteks, tujuan, dan pesan yang ingin disampaikan dalam setiap cerita. Dr. Alton menyampaikan bahwa sejarah sering ditulis oleh pihak yang berkuasa “history is written by the victors” sehingga penting bagi kita untuk melakukan riset dan mempertanyakan sumber-sumber sejarah.

Dalam menyampaikan cerita sejarah, ia menekankan pentingnya memberikan informasi waktu, tempat, dan signifikansi agar audiens tidak tersesat dalam narasi. Dalam sesi tersebut, ia membawakan kisah tentang pertemuan tak terduga antara tentara Amerika dan Jerman di malam Natal tahun 1944, di tengah kerasnya Battle of the Bulge. Kisah ini ditutup dengan reuni nyata antara dua tokoh utama cerita tentara Amerika dan anak laki-laki Jerman yang kini sudah dewasa

Dr. Alton juga mengajak peserta memahami mengapa mereka ingin menceritakan sebuah kisah dan apa pesan utama yang ingin mereka sampaikan kepada audiens.  Dr. Alton menjelaskan pentingnya riset yang teliti dan penghormatan terhadap fakta Sejarah. Cerita sejarah adalah dokumen hidup yang bisa berkembang seiring waktu. Pencerita harus tahu apa yang ingin mereka berikan kepada audiens apakah itu harapan, pemahaman, atau refleksi, Cerita sejarah adalah dokumen hidup bisa dan harus diperbarui seiring munculnya fakta baru.

Ditengah arus digital saat ini AI, menurutnya hanya memindai informasi dari internet dan bisa menghasilkan hal-hal yang salah atau tidak nyambung secara konteks. Ia menekankan bahwa AI tidak bisa menggantikan kehadiran dan koneksi emosional langsung antara pendongeng dan audiens. Storytelling sejati adalah tentang menyentuh hati, membangun empati, dan menciptakan ruang bersama di mana cerita menjadi pengalaman bersama.

Ia menyarankan menggunakan perpustakaan digital seperti Internet Archive dan Project Gutenberg untuk mengakses buku-buku dan dokumen yang telah dipindai secara legal dan terbuka. Podcast dan buku audio juga bisa menjadi sumber inspirasi, tetapi tetap harus diverifikasi kebenarannya. Bahkan seorang sejarawan profesional pun bisa salah, dan Dr. Alton pernah menyaksikan sendiri kesalahan faktual dalam presentasi daring.  Ia menekankan bahwa jika satu informasi terbukti keliru, maka kredibilitas seluruh narasi bisa dipertanyakan oleh audiens.

Dr. Alton mengingatkan peserta untuk kembali ke satu kata utama yang menjadi inti emosional cerita. Cerita yang kuat memiliki struktur sederhana namun efektif yang meliputi awal (setting dan konflik), tengah (aksi dan tantangan), akhir (resolusi dan transformasi). Cerita yang baik bukan hanya soal fakta, tapi juga soal struktur, niat, dan koneksi emosional. Pendongeng harus menjadi peneliti, penulis, dan penyampai pesan yang penuh kesadaran.

Dr. Murti Bunanta menambahkan bahwa dalam penceritaan harus dapat dibedakan antara kepada anak dan orang dewasa sehingga bahasa yang disampaikan harus sesuai dengan usia audien agar mudah dipahami dan makna dapat tersampaikan dengan baik Dr. Murti juga menekankan agar kita banyak membaca sehingga kemampuan kita dalam menemukan sumber sejarah dan menuliskannya semakin terasah.

Pada sesi kedua penyampaian oleh Dr. Awalia Rahma terkait sejarah sebagai konstruksi naratif bahwa masa lalu tidak hanya ditemukan tetapi dibuat melalui narasi, menurut Scott sejarawan itu harus paham dengan politik, harus tau dimana posisinya sehingga dia tidak bisa mengklaim bahwa dirinya netral. Sejarah itu seperti storytelling yang nyaman, menarik dan kita bisa memulai dengan apa yang disukai oleh audien tujuannya tentu agar semua semua orang bisa mengakses dan menginterpretasikan dan mudah untuk dipahami oleh banyak audien

Karena kita di dunia digital saat ini maka sejarah kemudian semakin menarik dengan paduan AI atau visual, namun tetap saja mereka harus banyak membaca sehingga tidak hanya menjadi konsumen tetapi juga sebagai produsen, tugas sejarawan juga memisahkan fiksi dan fakta mengingat ada banyak buku maupun sumber sejarah yang ditulis oleh berbagai kalangan seperti pemerintah, sejarawan publik, akademisi dan lainnya

Workshop ini bertujuan untuk mengembangkan pemahaman mengenai sejarah dan cara menyajikannya dalam bentuk narasi yang komunikatif dan kreatif. Kegiatan berjalan lancar dan mendapatkan antusiasme tinggi dari para peserta. Kegiatan diakhiri dengan penyerahan sertifikat dan sesi foto bersama.

Dokumentasi:

One day Workshop 3

One day Workshop 2

 

Tag :