MERAIH KEMULIAAN HIDUP PASCA RAMADHAN
MERAIH KEMULIAAN HIDUP PASCA RAMADHAN
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar walillahil hamdu Allah Maha Besar, dari segala yang dianggap besar. Allah Maha Agung dari segala yang dianggap agung. Allah Maha Kuasa dari seluruh kekuasaan yang ada di muka bumi. Allah Maha Adil dari segala produk keadilan di meja persidangan dunia

Tiada Tuhan selain Allah. KepadaNya segala puji dipersembahkan. KepadaNya hidup, mati dan segala aktivitas kehidupan diperuntukkan. Tidak akan ada gerak yang terjadi  kecuali dengan izinNya. Tidak akan ada peristiwa yang berlaku di bumi ini kecuali dengan kehendak-Nya. KepadaNya semua makhluk di langit dan di bumi bersujud. Tiada yang  memberi kehidupan selain Dia. Dialah yang Maha Hidup dan Menghidupkan. Dialah yang Memberi Hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki. Apabila hidayah telah ditiupkan pada seseorang maka tidak ada satu pun makhluk yang akan mampu membendungnya. Apabila kesesatan telah ditancapkan pada seseorang maka siapapun tak kan mampu memberinya hidayah.

Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar walillahilhamd

Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi utusan akhir zaman, yang tidak akan pernah ada lagi Nabi setelahnya. Nabi pembawa risalah terakhir, Nabi penutup seluruh utusan yang pernah diturunkan ke planet bumi. Nabi pengibar bendera perdamaian. kasih sayang, rahmat dan keadaban: Muhammad Rasulullah SAW.

Berkat kehadirannya kita menjadi ummat yang keluar dari tuna adab menuju beradab, terbebas dari perilaku sesat menuju perilaku sarat manfaat, terhapus dari tindak zalim menuju sikap adil, terlepas dari belenggu jahiliah menuju peradaban Quraniyah. Allahumma shalli wasallim alaa Muhammadin wa ‘alaa aalihii wasahbihi ajma’in.

Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah SWT

Hari ini kita  berkumpul di lapangan terbuka untuk menyatakan syukur karena kita telah diantarkan oleh Allah kepada hari kemenangan Idul Fitri setelah selama bulan Ramadhan 1439 Hljri kita dibina oleh  pembersihan diri kita dengan puasa, qiyamu ramadhan, tadarus, I’tikaf, zikir, zakat, sodaqoh dan ibadah-ibadah sunnat lainnya.

Berkat puasa kita bisa mengontrol diri, mengendalikan nafsu, menafikan keinginan-keinginan kita yang rendah, menajamkan rohani kita, melembutkan hati kita, dan merasakan kehadiran Allah lebih  dekat sehingga kita senantiasa merasa selalu bersamaNya dalam setiap desahan nafas dan detak jantung kita.

Berkat kasih sayang Allah yang dihembuskan ke dada kita, kita bisa berbagi dengan sesama saudara yang tidak seberuntung kita. Kita santuni mereka, kita angkat mereka ke taraf kehidupan yang lebih baik, dan kita jadikan mereka bagian dari diri kita. Itulah inti puasa Ramadhan yang telah kita lakukan.  Dengan jalan demikian maka terbukalah pintu-pintu taqwa yang menjadi tujuan puasa ramadhan kita. Firman Allah dalam surat al-Baqarah 183:

Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada umat-umat sebelum kamu agar kamu sekalian menjadi orang yang bertaqwa (al-Baqarah: 183)

Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar Walillahilhamd Hadirin yang berbahagia,

Marilah di hari baik dan bulan baik Syawwal ini dalam suasana Fitri kita lanjutkan program Ramadhan yang baru kita tunaikan selama 30 hari.  Kalau di bulan Ramadhan kita dianjurkan untuk selalu bertadarus al-Quran maka jadikan pascaramadhan ini hari hari dalam kehidupan kita commited dengan al-Quran. Lebih dari itu jadikan al-Quran sebagai kompas kehidupan dalam segala aspek, baik aspek ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan dan aktivitas kemasyarakatan. Rasulullah menyatakan dalam sabdanya “Aku tinggalkan dua perkara yang kalau kalian berpegang teguh kepada keduanya, kalian tidak akan tersesat selamanya, yaitu kitabullah dan sunnah Rasul”.

Dalam aspek ekonomi, al-Quran mengajarkan bahwa asset ekonomi tidak boleh hanya beredar di kalangan orang-orang kaya saja, sementara lingkungan sekeliling yang dipenuhi orang-orang miskin tidak diberi  akses sama sekali. Hal ini tentu saja akan menyebabkan kesenjangan yang makin lebar antara si kaya dan si miskin. Dalam beberapa kasus akibat  kesenjangan yang makin menganga ini bisa menimbulkan revolusi sosial yang harus dibayar mahal.

Al-Qur’an juga mengajarkan kejujuran dalam bertransaksi perdagangan. Dilarang berbuat curang dengan mengurangi timbangan, dilarang menjual barang dengan cara menipu, diharamkan menimbun barang dengan maksud menaikkan harga, dan dilaknat menjalankan roda bisnis dengan cara bathil.

Dalam aspek politik, al-Quran mengajarkan bahwa kekuasaan itu dipergilirkan di antara manusia. Kekuasaan wajib memberlakukan keadilan, karena keadilan itu mendekatkan jarak kita dengan predikat taqwa. I’dilu huwa aqrobu littaqwa. Adil bahkan harus diperlihatkan kepada siapa pun tanpa pandang bulu; dia kawan atau lawan, dia dicintai atau dibenci. Allah melarang kita melanggar keadilan hanya karena kita tidak menyukai orang yg menjadi obyek keadilan itu. Walaa yajrimannakum syanaanu qoumin ‘ala alla ta’diluu. Dalam sebuah hadis disabdakan: berbuat adil itu baik tetapi lebih utama bagi para umara (pejabat publik, pengambil keputusan, penerima amanah). Kenapa? Karena ia telah dititipi dan dikontrak oleh ribuan orang, jutaan orang bahkan ratusan juta orang untuk menjalankan amanah sesuai keinginan yang memberi amanah.      

Dalam aspek sosial, al-Quran mengajarkan wajibnya kaum Muslimin memperhatikan kaum faqir, miskin, orang-orang teraniaya dan orang-orang tak berdaya. Kalau kita perhatikan semua ayat Quran sungguh menarik. Dari sekian ribu ayat yang tercantum isinya ternyata banyak yang menjelaskan aspek sosial, aspek muamalah. Seorang ulama bahkan membandingkan satu ayat ibadah berbanding 100 ayat muamalah. Muamalah artinya ibadah yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan manusia seperti mewujudkan kesejahteraan masyarakat, membangun peradaban, menegakkan keadilan, memajukan ekonomi,  membangun tatanan masyarakat madani, memajukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, menggerakkan masyarakat berkecukupan utk mengangkat harkat orang-orang miskin, memberi makan yang kelaparan, memberi minum yg kehausan, memberi pakaian kepada yang telanjang, membela hak orang-orang yang ditindas.   Karena itu di bulan Ramadhan banyak sekali anjuran memberi kepada yg tidak punya. Memberi makan berbuka kepada yg puasa mendapat pahala puasa.

Kaum Muslimin harus menjadi orang saleh sekaligus muslih, artinya orang yang mengubah orang lain menjadi saleh. Kita juga, harus hadin artinya yang mendapat petunjuk sekaligus muhtadin yang menunjukkan kebaikan kepada orang lain.    

Al-Quran juga mendorong kaum Muslimin untuk hidup di tengah masyarakat secara tentram dan menentramkan, damai dan mendamaikan, santun dan toleran di tengah kemajemukan, karena Islam adalah agama rahmat bagi seluruh kehidupan alam semesta. Islam mengutuk keras segala bentuk kekerasan dan kekejaman baik kekerasan yang bersifat individual maupun kekejaman yang bersifat kolektif atas dasar kebencian ideologis, seperti terorisme, yang belum lama ini terjadi berupa bom bunuh diri di Surabaya, Kantor Polisi Sidoarjo, Mako Brimob Depok, dan Markas Polisi Riau. Modus para pelaku terorisme sekarang sudah berubah. Kalau dahulu mereka hanya melibatkan satu atau dua pelaku berjenis kelamin laki-laki, sekarang modusnya menjadi satu keluarga yang terdiri atas kepala keluarga sebagai pelaku utama, istrinya dan anak-anaknya yang masih di bawah umur, anak-anak yang didoktrin keras agar siap mati bunuh diri merobek isi perutnya dengan bom yang dibawanya demi tujuan ideologis orang tuanya.  Na’udzu billahi min dzaalik.

Hadirin yang dimuliakan Allah SWT,

Iman dan taqwa kita yang telah mendapat siraman, tempaan dan penyegaran di bulan Ramadhan yang lalu mari kita jaga dan pelihara agar derajatnya tidak menurun atau meluncur. Bila iman kita malah menurun amat sangat disayangkan lapar dan dahaga kita selama sebulan tidak memberi efek positif bagi kondisi iman kita. Iman kita seharusnya makin meningkat, menebal dan menghunjam dalam dada.

Dengan Iman yang menghunjam dalam dada, kita menjadi berani menghadapi segala medan perjuangan kehidupan. Di saat siang hari di bulan Ramadhan yang panas terik dan haus kita bisa bertahan tidak minum. Di saat kita lapar yang begitu hebat sementara makanan lezat tersedia di rumah dan terbuka kesempatan utk menikmatinya tetapi kita tidak sedikitpun berani menjamahnya. Kenapa? Karena kita tahu ada yang Maha Mengawasi.

Karena itulah hidup kita bila ingin berada di jalur yang benar maka kita harus merasa ada Yang Maha Mengawasi, sehingga kita tidak menjadi liar dalam bertingkah laku hanya karena merasa tidak ada atasan yang menginspeksi, atau kita sebagai peserta ujian bisa bebas menyontek karena tidak ada guru di kelas yang mengawasi, atau kita sebagai pejabat bisa bebas menyalahgunakan jabatan karena merasa tidak ada CCTV yang memonitori. Padahal perbuatan dosa yang kita lakukan akan ditampakkan oleh Allah di muka bumi ini juga, terlebih lagi di akhirat nanti. Karena itu bersihkanlah hati kita, lidah kita, perbuatan kita dari segala hal yang bisa membawanya ke jalan kenistaan dan kehinaan. Jangan gadaikan iman kita hanya karena tergoda oleh rayuan duniawi yang rendah.   Bila itu yang terjadi maka kita khawatir bangsa ini menjadi bangsa yang dibenci oleh Allah, kita menjadi bangsa munafik, tidak berani mendemonstrasikan kejujuran. Lempar kesalahan kepada orang lain menjadi parade kehidupan, saling berdusta menjadi nyanyian keseharian kita, mengobral janji menjadi penghias bibir, seolah tidak akan bersentuhan dengan pertanggung jawaban di hari kemudian.

Alangkah ruginya bangsa model seperti ini.  Bukankah tanda-tanda orang yang telah berpuasa itu adalah orang yang menepati janjinya, orang yang pandai menahan diri dari marah, dan cepat mengucap istighfar di kala terlanjur berbuat dosa.

 

Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya, dan memaafkan kesalahan orang lain,  Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi ayng yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya sedang mereka mengetahui. (Ali Imran 134-135)

Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar Walillahilhamd Setelah selesai menyelesaikan satu urusan Allah meminta kita untuk melanjutkan pekerjaan lain. Firman Allah: Maka apabila kamu telah selesai dari sesuatu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain (al-Insyirah 7)

Ini artinya bahwa kaum Muslimin itu harus dinamis, tidak boleh berdiam diri, berpangku tangan, menghitung bintang di langit, menunggu emas turun dari awan secara sim salabim. Dalam hidup tidak ada kesuksesan yang gratis. Semua harus dibayar dengan kerja yang terencana dan sungguh-sungguh. Lihatlah bagaimana Nabi kita Muhammad saw membangun peradaban. Dari tempat yang terpencil dan hanya dengan kekuatan kecil bisa menjadi kekuatan yang begitu dahsyat di dunia; dari tempat berskala lokal menjadi kekuatan internasional. Nabi bukanlah orang yang senang puas diri dengan kenyataan yang seperti sulit diubah. Pesan Allah SWT “di depan kesulitan pasti ada kemudahan.” Di balik ketidakmungkinan pasti ada jalan terbosan. Bergeraklah terus tanpa henti. Kata orang bijak, air kalau tidak mengalir tandanya kotor. Harimau kalau tidak bergerak dari sarangnya pasti kelaparan.  Jantung kalau berhenti berdetak itulah tanda kematian.

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahilhamd

Dengan semangat Idul Fitri, mari kita bangun  bangsa ini dengan cara menjadi orang terbaik di bidang profesi kita masing-masing, singkirkan sikap mental malas dan tidak produktif, buang jauh-jauh kebiasaan buruk yang kontraproduktif, sumbangkan prestasi terbaik apa  yang dapat kita berikan untuk ummat dan bangsa ini sehingga keadaan bangsa ini  terus bergerak ke arah kebangkitannya di atas nilai-nilai akhlakul karimah yang diridoi Allah SWT.

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahilhamd

Hadirin yang berbahagia,

Marilah kita rendahkan diri kita di hadapan Allah, kita panjatkan permohonan doa kepadaNya, semoga Allah mengabulkan permohonan kita.

Ya Allah ampunilah dosa-dosa kami,  dosa-dosa kaum Muslimin dan muslimat, kaum mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat.

Ya Allah ampunilah dosa ibu bapak kami, tempatkanlah ia di surgamu dan kasih sayangilah keduanya sebagaimana mereka menumpahkan kasih sayangnya kepada kami di waktu kecil.

Ya Allah terimalah shalat kami, puasa kami, rukuk dan sujud kami, zakat dan sedekah kami, kekhusyuan dan ketawaduan kami, masukkanlah kami ke dalam surgaMu yang abadi. Jauhkanlah kami dari siksaMu yang amat pedih dan menyengsarakan.

Ya Allah baguskanlah agama kami karena dengan agamalah hidup kami menjadi bermakna. Baguskanlah dunia kami karena dunia adalah tempat kami hidup dan berkehidupan, baguskanlah akhirat kami karena ia adalah tempat kembali kami yang abadi, jadikanlah hidup kami tempat kami menabung ama-amal kebaikan, dan jadikan kematian kami pintu terakhir dari segala keburukan-keburukan kami.

Ya Allah berikanlah kekuatan kepada pemimpin-pemimpin kami untuk menjalankan amanah memimpin negeri ini dengan baik, jujur, adil dan amanah dari mulai pemimpin terendah sampai pemimpin tertinggi negeri ini. Kuatkanlah fisiknya, Muliakanlah jiwanya, adilkanlah perilakunya, dan wujudkanlah cita-citanya membangun negeri dan menyejahterakan masyarakat.

Robbanaa aatinaa fiddunyaa hasanah wafil akhirati hasanah waqinaa adzaabannaar. [caption id="attachment_2465" align="aligncenter" width="640"] Prof. Dr. Didin Saefuddin Buchori, M.A., saat menjadi Imam Shalat Idul Fitri 1439 H/ 15 Juni 2018, yang dilanjutkan dengan Khutbah Idul Fitri di Kebun Raya/Istana Bogor.[/caption] Oleh: Prof. Dr. Didin Saefuddin Buchori, M.A. (Guru Besar Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Dari Materi Khutbah Idul Fitri 1439 H/ 15 Juni 2018, Kebun Raya/Istana Bogor (Sabtu