Mengupas Pandangan Fachry Ali Terhadap Fenomena Bernegara
Mengupas Pandangan Fachry Ali Terhadap Fenomena Bernegara
Sesi Foto Bersama seusai Wawancara dengan Fachry Ali

FAH NEWS - Tim FAH News Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Jakarta berhasil mewawancarai secara terpisah Fachry Ali, salah satu narasumber Kuliah Umum yang diadakan oleh Program Magister FAH UIN Jakarta dengan tema “Agama dan Negara di Indonesia Kontemporer”, Kamis (20/10/2022). Pada kesempatan itu, tim liputan berita hanya diberi kesempatan memberikan empat butir pertanyaan. Berikut adalah hasil wawancara tim liputan berita FAH UIN Jakarta secara eksklusif dengan Fachry Ali.

  • Tim FAH News: Bagaimana peran mahasiswa secara umum dan khusus untuk membangun keserasian dalam integrasi agama dan Negara pada masa kontemporer?
    Fachry Ali:Mahasiswa melakukan studi yang lebih bersifat antropologis untuk memahami. Ada buku Sovereignty and Everyday Life untuk menjelaskan bagaimana hubungan antara negara dengan masyarakat, hubungan antara negara dengan kelompok masyarakat. Ada Siprus, negara sendirian dekat Yunani, tetapi bertetangga dengan Turki. Mereka membangun negara dengan membanggakan pesawat udara, kalau kita pesawat Garuda. Nah, studi mahasiswa sebaiknya mengarah ke situ, misalnya kalian lihat tentang Badui. Apa yang mereka pikirkan tentang negara, kemudian masyarakat bawah, para pedagang kecil, dan segala macam. Itu tugas mahasiswa untuk melihat relasi antara negara dan masyarakat. Sebab selama ini sangat abstrak pengertiannya, lalu lebih banyak retorika.”
  • Tim FAH News: Masih dalam ranah mahasiswa, dan mahasiswa identik dengan sesuatu yang ilmiah. Apa kriteria minimum untuk layak disebut sebagai tulisan ilmiah yang berkontribusi dalam perbaikan integrasi negara dan agama?
    Fachry Ali:Pertama, ada landasan teoritis (library research), itu harus kamu lakukan. Kedua, dari library research, Anda akan mendapat pemahaman teoritis tentang negara, masyarakat, relasi keduanya, dinamika relasi itu sendiri, dan seterusnya. Lalu kemudian, terapkan pengetahuan teoritis itu ke dalam realita. Jadi, bangunan sebuah tulisan itu yang menyangkut itu semua, walau pun urutannya tidak harus resmi, mulanya teori, lalu kedua hipotesa, dan seterusnya. Bisa saja kalian langsung dengan hipotesa. Lalu, kemudian pengetahuan teoritis kalian, kalian sisipkan di dalam penjelasan.”
Fachry Ali saat menjawab beberapa pertanyaan dari Tim Kontributor FAH News
  • Tim FAH News: Sebagai lanjutan bahwa mahasiswa menghasilkan tulisan ilmiah. Sekarang banyak sekali website atau kanal yang mengizinkan publikasi tulisan secara bebas, tapi di sana mahasiswa justru menulis tanpa landasan teori yang kuat, bagaimana Bapak menyikapinya?
    Fachry Ali:Oh, ada website, ya. Saya ngga tahu itu. Anta a’lamu bi umuri dunyakum (Anda lebih mengetahui urusan duniawi masing-masing, red). Saya generasi lanjut soalnya, hahaha.
  • Tim FAH News: Isu integrasi negara dan agama di televisi dan media massa yang disorot kebanyakan Jakarta sentris. Bagaimana cara menggiring opini agar daerah pelosok atau pinggiran ikut terbawa narasi integrasi tersebut?
    Fachry Ali:Sebenarnya bukan masalah integrasinya yang harus dilihat. Sebagai insan akademis, pengabdi, dan pencipta jangan berpikir normatif. Jadi, fakta yang dikumpulkan, pengorganisasiannya melalui gerakan teoritis. Nah, itu gunanya adalah untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat, pembaca, khalayak tentang situasi sebenarnya menurut perspektif tertentu. Sebagai student, hindari hal-hal yang bersifat moralistik itu, karena itu kurang memberikan pencerdasan. Soal moral dan segala macam itu adalah konklusi setelah kamu melakukan penelitian, melakukan studi.”


Kontributor: Abdurrahman Ad-Dakhil dan Ulva Marsela

Editor: AY