Mengupas Mahabbah Iblis ala Rumi: Kisah Yus Ramadhani di Seminar Internasional Digital Humanities
Mengupas Mahabbah Iblis ala Rumi: Kisah Yus Ramadhani di Seminar Internasional Digital Humanities

Ciputat, Berita FAH online - Nama Yus Ramadhani mungkin masih asing bagi sebagian orang. Namun, bagi peserta International Conference on Digital Humanities: Innovation, Challenges, and Future yang digelar Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta yang di adakan pada 5 September 2025, mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Arab ini tampil percaya diri dengan papernya yang unik dan berkesan.

Dalam forum akademik yang dihadiri 78 peserta dari dalam dan luar negeri itu, Yus membawakan paper berjudul “Semiotic Meaning of Mahabbatu Iblis Lillah Poem by Jalaluddin Rumi in the Book of Al-Matsnawi Al-Maknawi and Its Contribution to SDGs.” Penelitian ini mengupas sisi paradoksal dari konsep mahabbah (cinta) dalam karya Rumi, khususnya tentang bagaimana Iblis digambarkan tetap mencintai Allah meski harus menjadi tokoh antagonis sebagai ujian dalam kehidupan manusia 

“Latar belakang saya memilih tema ini karena kajian tentang mahabbah iblis lillah masih jarang ditemui di dunia akademik. Padahal, ini penting untuk membuka wacana baru dalam memahami sosok Iblis sebagai ciptaan Tuhan dari perspektif yang berbeda,” ungkap Yus saat diwawancarai tim jurnalis FAH.

Tantangan yang harus dihadapi 

Sebagai pengalaman pertama menulis paper berbahasa Inggris, Yus mengaku sempat kesulitan memilih kosa kata yang tepat. Namun, dengan bimbingan dosen BSA, Dr. Zubair M.Ag., ia berhasil menyelesaikan naskahnya. “Perasaan saya sangat lega setelah berhasil mempresentasikan paper di depan ratusan audiens. Persiapan panjang yang sudah saya lewati akhirnya terbayar lunas,” katanya.

Kegigihan Yus tidak sia-sia. Tanggapannya dari audiens pun positif, bahkan salah satu pembicara aktif terlibat dalam diskusi lanjutan mengenai penelitiannya. Baginya, itu tanda bahwa papernya memiliki daya tarik akademik yang cukup kuat.

Kontribusi untuk SDGs

Menariknya, riset Yus tidak berhenti pada kajian sastra semata. Ia menautkannya dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 4 tentang pendidikan spiritual yang berkualitas dan SDG 16 tentang perdamaian serta keadilan. “Rumi menggambarkan Iblis sebagai sosok yang rela menjadi ujian bagi manusia sebab kecintaannya kepada Tuhan.” jelasnya.

Manfaat dan Harapan

Selain memperluas wawasan, pengalaman menjadi pemakalah internasional juga meningkatkan kemampuan bahasa Inggris Yus, baik menulis maupun berbicara. “Saya belajar banyak dalam waktu relatif singkat. Sementara sebagai audiens, saya juga mendapat banyak insight dari riset-riset pemateri lain,” tambahnya.

Di akhir wawancara, Yus menitipkan pesan untuk mahasiswa lain agar tidak ragu mengikuti ajang serupa. “Jangan takut mencoba. Sebaik-baiknya paper adalah yang selesai, dan sebaik-baik penampilan adalah yang dipersiapkan. Jadi segera selesaikan paper dan persiapkan presentasinya dengan matang,” tegasnya.

Yus pun berharap seminar internasional ini bisa terus berlanjut secara rutin, setahun sekali atau dua tahun sekali, agar semakin banyak mahasiswa FAH yang berani tampil di forum dunia.

Penulis: Putri Yasmin Azzahra

Dokumentasi:

Yus 1(1)

Tag :