Menghidupkan Jalur Rempah: FAH dan Yayasan Negeri Rempah Jalin Kolaborasi untuk Warisan Peradaban Nusantara
Menghidupkan Jalur Rempah: FAH dan Yayasan Negeri Rempah Jalin Kolaborasi untuk Warisan Peradaban Nusantara

Tangerang Selatan, Berita FAH Online - Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) Universitas Islam Negeri (UIN) resmi menjalin kerja sama dengan Yayasan Negeri Rempah dalam sebuah pertemuan yang digelar secara daring pada 18 Februari 2025. Acara ini dihadiri oleh Dekan FAH, Dr. Ade Abdul Hak,   S. Ag., S.S., M. Hum., CIQnR, serta jajaran pimpinan fakultas dan akademisi yang berfokus pada kajian sejarah dan peradaban Islam.

Meski di saat bersamaan sedang menghadiri Rapat Kerja Pimpinan (Rakerpim) di Bogor, Dekan FAH tetap memberikan perhatian penuh terhadap agenda strategis ini. Sambutan utama dalam acara ini disampaikan oleh Wakil Dekan III FAH, Prof. Usep Abdul Matin, S.Ag., M.A., M.A., Ph.D., yang menegaskan komitmen FAH dalam mengembangkan kerja sama akademik dengan berbagai pihak.

Turut hadir dalam pertemuan ini Ketua Program Studi Sejarah dan Peradaban Islam, Dr. Zakiya Darojat, M.A., serta dosen dan peneliti senior,   Prof. Dr. Jajat Burhanuddin, M.A.. Fokus utama diskusi adalah memperkuat kolaborasi akademik serta pengembangan program berbasis kajian sejarah jalur rempah sebagai bagian dari warisan peradaban Nusantara.

FAH sebagai Pelopor Kajian Jalur Rempah

Dalam sambutannya, Prof. Usep Abdul Matin menekankan bahwa FAH memiliki peran penting dalam membangun narasi sejarah jalur rempah sebagai bagian dari identitas dan peradaban Nusantara.

"FAH senantiasa berkomitmen untuk menjadi pusat kajian yang tidak hanya memahami jalur rempah dari perspektif sejarah ekonomi, tetapi juga sebagai warisan peradaban yang perlu terus dikembangkan melalui riset dan pembelajaran akademik," ujar Prof. Usep.

Beliau juga menyoroti pentingnya menghidupkan kembali kajian maritim Nusantara, mengingat bahwa bangsa ini pernah berjaya sebagai pusat perdagangan dunia.

"Sayangnya, banyak aspek sejarah maritim kita yang mulai terlupakan. Bahkan, sengketa perbatasan yang kita alami saat ini salah satunya disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan warisan maritim kita." tambahnya.

Jalur Rempah sebagai Simbol Peradaban Nusantara

Ketua Pengurus Yayasan Negeri Rempah, Dewi Kumoratih, dalam sambutannya menegaskan bahwa yayasan ini beranggotakan berbagai kalangan yang memiliki kepedulian terhadap pelestarian sejarah dan budaya Nusantara.

"Salah satu fokus utama kami adalah menjadikan jalur rempah sebagai pintu masuk dalam memahami dan memperkenalkan peradaban Nusantara ke tingkat global. Prof. Azyumardi Azra adalah salah satu tokoh yang mendorong gagasan ini, agar jalur rempah tidak hanya dikenang sebagai bagian dari sejarah ekonomi, tetapi juga sebagai warisan budaya yang harus terus dikaji dan dikembangkan," ungkap Kumoratih.

Ia juga menyampaikan bahwa sejak 2022, Yayasan Negeri Rempah telah bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam penerbitan prosiding akademik serta kurasi naskah-naskah penelitian terkait jalur rempah. Kolaborasi dengan berbagai perguruan tinggi juga terus diperluas guna memperkaya kajian akademik dan implementasi dalam bentuk riset serta program pembelajaran.

FAH dan Penguatan Kajian Maritim Nusantara

Sejalan dengan visi FAH dalam mengembangkan kajian jalur rempah, Bram Kushardjanto, perwakilan Yayasan Negeri Rempah, menegaskan bahwa kerja sama ini bertujuan untuk memperluas jaringan akademik yang telah dibangun yayasan dengan berbagai institusi, termasuk Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

"Kami juga telah menjalin kerja sama dengan Universitas Nasional Singapura (NUS) dan beberapa institusi di Afrika Selatan, khususnya di Cape Town, dalam penelitian terkait ulama Nusantara yang pernah diasingkan oleh VOC," jelas Bram.

Menurutnya, kajian maritim Nusantara harus lebih diperkuat agar warisan budaya bangsa ini tidak hanya menjadi bagian dari sejarah, tetapi juga berkontribusi dalam pembentukan kebijakan nasional terkait identitas maritim Indonesia.

Kolaborasi Akademik: MBKM, Magang, dan Jurnal "Spice Route"

Sebagai langkah konkret dalam implementasi kerja sama ini, FAH dan Yayasan Negeri Rempah membahas berbagai peluang kolaborasi akademik. Salah satunya adalah integrasi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dalam bentuk magang dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Yayasan Negeri Rempah.

Irma Zahrotunisa, alumni Program Studi Sejarah dan Peradaban Islam FAH, menegaskan bahwa mahasiswa seharusnya tidak hanya berorientasi pada aspek akademik, tetapi juga aktif dalam kegiatan sosial dan budaya.

"Kami berharap kolaborasi ini menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri, tidak hanya dalam bidang akademik tetapi juga dalam keterlibatan sosial dan budaya," ujarnya.

Dalam diskusi ini juga muncul gagasan untuk mendirikan jurnal akademik bertajuk "Spice Route Journal", yang akan menjadi platform bagi penelitian dan publikasi ilmiah terkait jalur rempah serta peradaban maritim Nusantara.

"Saat ini, Yayasan Negeri Rempah telah memiliki prosiding akademik, tetapi kami berharap ke depannya dapat memiliki jurnal ilmiah yang menjadi referensi utama dalam kajian jalur rempah dan sejarah Nusantara," tambah Dewi Kumoratih.

Dengan komitmen kuat dari FAH dan Yayasan Negeri Rempah, kerja sama ini diharapkan dapat membuka peluang lebih luas bagi mahasiswa, akademisi, serta peneliti untuk mengembangkan kajian sejarah dan peradaban Nusantara, sekaligus memperkuat peran FAH dalam riset maritim dan pelestarian budaya Indonesia.

Penulis: Rahmat Mubarroq

Tag :