Membangun Kesadaran Politik Yang Berbudaya: MSKI-MBSA Adakan Stadium General
Membangun Kesadaran Politik Yang Berbudaya: MSKI-MBSA Adakan Stadium General

FAH NEWS – Program Magister Sejarah dan Kebudayaan Islam & Magister Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengadakan Stadium General dengan tema “Budayawan dan Politik: Kolaborasi atau Konflik?” secara hybrid pada Rabu (12/07/23), bertempat di Ruang Teater Lt. 5 FAH dan via Zoom Meeting serta live streaming di kanal YouTube FAH UIN Jakarta.

Acara ini menghadirkan dua orang narasumber utama; yakni Bonnie Triyana, S.S. (Sejarawan dan Kurator Museum) dan Dr. Andi Ahdian (Dosen Ilmu Politik Universitas Nasional). Dengan moderator Ibnu Kharis, M.Hum. (Founder Elbukhori Institute dan Bincang Syariah) yang memimpin jalannya diskusi. Acara diawali dengan sambutan dan pengantar dari Dekan FAH UIN Jakarta, Dr. Ade Abdul Hak, M.Hum. “Saya menyambut baik acara SG ini, mengingat kita sebentar lagi akan menghadapi tahun politik. Saya kira diskusi kita kali ini menjadi sangat penting sekali untuk membangun kesadaran di tengah masyarakat terutama di lingkungan kita agar tidak memandang remeh hal-hal yang berbau politik. Kita bisa berkaca dari dua edisi pemilu yang lalu ya, terutama pemilu terakhir yang terjadi polarisasi di tengah masyarakat. Harapannya dengan membangun budaya melek politik, masyarakat nantinya tidak hanya sekedar ikut mencoblos capres/cawapres atau anggota dewan, tapi mereka perlu mencari tahu background si calon tersebut.” tutur dekan saat membuka acara.

Foto bersama di akhir acara, tampak narasumber, moderator, pimpinan prodi magister dan para peserta offline.

Sebagai fenomena kompleks, perpaduan antara budayawan dan politik telah menjadi perhatian utama dalam konteks masyarakat. Budayawan memiliki peran penting dalam membentuk identitas dan kesadaran kolektif suatu bangsa, sementara politik adalah arena di mana kekuasaan, kebijakan, dan pengambilan keputusan publik terjadi.

Dalam pemaparannya, Bonnie menjelaskan bahwa kita semua adalah seorang budayawan dan intelektual, sekalipun berprofesi buruh. Namun dalam beberapa kasus tertentu perlu kolaborasi antara budayawan dan politik guna menciptakan situasi yang lebih baik di masyarakat. Hal itu sudah dilakukan oleh Muhammad Yamin sebagai salah seorang sejarawan dan politikus.

“Budayawan maupun intelektual tidak perlu alergi dengan politik karena sejatinya setiap hari sudah berpolitik. Maka gunakan pengetahuanmu untuk memperbaiki kondisi publik dan keadaan masyarakat agar menjadi lebih baik dengan jalan berpolitik yang kaum intelektual kehendaki.” Ujar Bonnie.

Penyerahan cenderakasih kepada salah satu narasumber yang hadir secara offline yaitu Dr. Andi Achdian oleh sekprodi MSKI, Dr. Mauidlotun Nisa'

Sementara Andi menyebut budayawan dan politik merupakan dua konsep yang saling terkait dan memiliki pengaruh yang signifikan dalam masyarakat. Hubungan budayawan dan politik sangat erat karena budayawan sering kali terlibat dalam analisis kritis terhadap sistem politik dan berperan sebagai penghubung antara pemikiran dan tindakan politik.

“Menurut saya, politik yang berbudaya merupakan arti politik baru yakni menjadikan politik sebagai budaya untuk memperbaiki kehidupan di era digital sekarang, yang mana kita cenderung dilemahkan secara sosial sehingga perlu memperkuat lagi silaturahmi sebagai basis untuk menjadi lebih maju.” Jelasnya.

Penulis: Harun Arrasyid

Editor: AY