MASYAQ, TRADISI MENIRU & MENJIPLAK KALIGRAFI
MASYAQ, TRADISI MENIRU & MENJIPLAK KALIGRAFI
MASYAQ, TRADISI MENIRU & MENJIPLAK KALIGRAFI الأستاذ واجب حضوره فى تعليم الخط. ومن وسائل تعليم الخط "المشق" وهوصحيفة يتعلم منه الطلاب. فالتقليدوسيلة من وسائل التجويد. GURU adalah orang yang diGUgu dan ditiRU. Murid menerima ilmu dari gurunya. Untuk memuluskan proses belajar-mengajar, "murid tidak boleh merasa BOSAN dan guru tidak boleh merasa CAPEK". Bagi guru, mengajar adalah zakatnya ilmu (التعليم زكاة العلم). Ada TIGA RAHASIA kaligrafi menurut Imam Ali: الخط مخفى فى تعليم الأستاذ، وقوامه فى كثرة المشق، ودوامه على دين الإسلام.

(KALIGRAFI tersirat dalam pengajaran guru, tonggaknya pada banyak latihan [MASYAQ], dan kelanggengannya dalam pengamalan agama Islam).

Ada yang menarik tentang MASYAQ/مشق yaitu lembar "coret-coretan guru" yang ditiru murid-muridnya untuk memperlancar tulisan. Dr. Afif Al-Bahnasi mendifinisikan MASYAQ (jamaknya AMSYAQ/أمشاق) sebagai berikut: سلاسة الخطوط وسرعتها وامتدادها (Kelancaran tulisan, kecepatannya, dan memanjangkan tarikannya). Masyaqal khatta (مشق الخط) berarti "menulis khat secara lancar". Guru khat zaman dulu mempergilirkan selembar MASYAQ kepada murid-muridnya karena belum ada alat pengganda seperti foto copy di zaman now. Kata guru, kira-kira begini: "Miiiiiid, Hamid, tirulah tulisanku sampai sama persis. Kalau selesai, kasihkan sama Mustafa, kemudian kepada Fatimah. Terus tiru lagi oleh yang lainnya ya." Masyaq coretan tangan guru pun DITIRU atau DIJIPLAK habis oleh semua muridnya sampai mantap sempurna atau persis 100 %. MASYAQ terhubung dengan kata masyaqqah/مشقة yang berarti "kesulitan" karena kaligrafi itu sulit (الخط أمرصعب), "Setiap permulaan juga sulit" (Every beginning is difficult) sebagai pintu gerbang "Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan" (فإن مع العسر يسرا). Tapi yang terpenting, masyaq adalah sarana belajar-mengajar kaligrafi yang mewariskan tradisi TAQLIDUL KHAT/تقليد الخط (yaitu meniru/menjiplak kaligrafi) yang kini berkembang di kalangan khattat Timteng dengan teknologi komputer yang canggih. Menurut ahli pendidikan kaligrafi Mesir, Fauzi Salim Afifi, "meniru karya para khattat besar termasuk tahap pertama namun sekaligus pula tahap terakhir belajar kaligrafi," karena ketika mulai belajar, kita meletakkan lembaran contoh latihan para master kaligrafi di depan mata kita kemudian menirunya dari huruf ALIF hingga YA yang dilanjutkan kepada huruf-huruf sambung. Tahap berikutnya, murid meniru penuh karya gurunya lalu pindah kepada karya-karya guru yang lain sehingga tangannya "menemukan teknik dan karakter guru-guru tersebut bahkan jadi bagian dari karakter mereka". Di kampus-kampus seni rupa, hal sama terjadi ketika dosen menugaskan mahasiswa untuk meniru 10 karya pelukis besar seperti Picasso, Salvador Dali, Monet, Rembrandt, Da Vinsi, Van Gogh, Mat Rothko, Wassili Kandinsky, dll dengan tujuan agar tangannya akrab dan senyawa dengan karakter lukisan mereka. Para khattat besar dan pelukis maestro semuanya telah pernah menempuh CARA-CARA SALING TIRU tersebut. Maka, meniru bukan barang tabu. Bila ingin maju, harus belajar dengan meniru. Dari file riwayat, dikenal para murid hebat seperti Abdullah Zuhdi, Sayid Al-Rifa'i, Muhammad Arif, Ismail Haqqi, Jalaluddin, Mir Imad Al-Huseini, Hamid Al-Amidi, dan lain-lain meniru para guru seperti Hafizh Usman, Mustafa Raqim, Mustafa Izzat, Muhammad Syafiq, Muhammad Sami, Muhammad Mu'nis, dan lain-lain sehingga para murid tadi menjadi GURU YANG DITIRU kembali oleh murid-murid lain berikutnya seperti Muhammad Ja'far, Muhammad Ridwan, Muhammad Mahfuzh, Sayid Ibrahim, Najib Hawaweni, Muhammad Husni, Muhammad Abdul Kadir, Muhammad Al-Syahat, Muhammad Al-Haddad, Hasyim Muhammad Al-Baghdadi, dan lain-lain. Akhirnya murid-murid ini pun menjadi guru-guru yang ditiru lagi oleh orang yang berusaha memperelok tulisan mereka sekarang, esok, dan esoknya lagi.

[caption id="attachment_2265" align="alignleft" width="113"] Lauhat tiru-meniru para master dan DidinSAR: Kalimatullah Yang Maha Luhur (2010)[/caption] [caption id="attachment_2269" align="alignleft" width="150"] Tiruan Kaligrafi - Salvador Dali: Swans Reflecting Elephants (1937).[/caption] [caption id="attachment_2270" align="alignleft" width="150"] Salvador Dali: Swans Reflecting Elephants (1937).[/caption] [caption id="attachment_2268" align="alignleft" width="113"] Lauhat tiru-meniru para master dan DidinSAR: Kalimatullah Yang Maha Luhur (2010)[/caption] [caption id="attachment_2267" align="alignleft" width="150"] Lauhat tiru-meniru para master dan DidinSAR: Kalimatullah Yang Maha Luhur (2010)[/caption] [caption id="attachment_2266" align="alignleft" width="113"] Lauhat tiru-meniru para master dan DidinSAR: Kalimatullah Yang Maha Luhur (2010)[/caption]                     إذن فالتقلــيد وســـيلة من وســائل التجويد "Dengan demikian, meniru merupakan salahsatu sarana meningkatkan keelokan." Oleh: Didin Sirojuddin AR • Lemka GAMBAR: