Maki, Aktivis Sosial Difabel asal Garut Raih Magister FAH UIN Jakarta dengan Beasiswa LPDP
Maki, Aktivis Sosial Difabel asal Garut Raih Magister FAH UIN Jakarta dengan Beasiswa LPDP

Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Jakarta tidak hanya dikenal dengan kualitas akademiknya, tetapi diiringi dengan komitmennya terhadap inklusifitas pendidikan. Di tengah-tengah iklim akademik yang semakin terbuka, terdapat seorang mahasiswa yang tidak hanya berjuang untuk meraih impiannya, tetapi juga menginspirasi banyak orang di sekitarnya. Ia adalah Ahmad Maki, seorang mahasiswa difabel yang saat ini sedang menempuh pendidikan Magister Bahasa dan Sastra Arab (MBSA) di FAH UIN Jakarta.

Maki, yang berasal dari Garut, telah menunjukkan semangat juang yang luar biasa dalam mengejar pendidikan. Setelah menyelesaikan pendidikan S1 di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dengan jurusan yang sama, Maki melanjutkan studinya ke jenjang S2 di UIN Jakarta. Keputusan ini tidak diambil tanpa alasan. Selain karena program MBSA di UIN Jakarta merupakan salah satu yang direkomendasikan oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan, Maki juga terinspirasi oleh reputasi UIN Jakarta yang dikenal dengan riset yang berkualitas dan alumni-alumni hebatnya.

Ketertarikan Maki dalam bidang linguistik, khususnya dalam analisis wacana kritis, mendorongnya untuk terus mencari dan memilah topik riset yang sesuai dengan minatnya. Ia berharap dapat menemukan dosen yang dapat memberikan peluang dan berdiskusi tentang riset yang ia minati. Tidak hanya fokus pada studi kampus, Maki kerap aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan pendidikan. Ia pernah mendirikan organisasi pemuda kreatif skala kampung yang bernama PEMBARA (Pemuda-Pemudi Bakti Babakan Rancasalak). Organisasi ini bergerak di berbagai bidang, mulai dari keagamaan, pendidikan, hingga lingkungan. Maki juga pernah aktif sebagai pengajar Bahasa Arab di pondok pesantrennya sebelum akhirnya harus berhenti karena kesibukannya bekuliah. Meskipun demikian, ia memiliki TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur'an) di rumahnya yang masih aktif hingga saat ini.

Berbekal pengalaman dan jaringan yang ia dapatkan selama belajar di MBSA UIN Jakarta, Maki memiliki mimpi besar untuk mendirikan institusi pendidikan, seperti yayasan atau pondok pesantren. Ia juga bercita-cita menjadi dosen dan peneliti di bidang disabilitas dan kebahasaan.

"Berbekal dari pengalaman dan kenalan selama di MBSA, saya ingin memiliki institusi pendidikan seperti yayasan atau pondok pesantren. Untuk keberlanjutan karir saya juga ingin menjadi dosen dan peneliti di bidang disabilitas dan kebahasaan," ungkap Maki dalam wawancaranya (Senin, 10/02/2025).

Maki menceritakan pengalamannya selama belajar di MBSA UIN Jakarta. Ia merasa senang dengan keramahan teman-teman dan ketersediaan fasilitas yang baik, terutama tempat parkir yang dekat dengan gedung belajar. Namun, ia juga menyoroti beberapa hal yang perlu diperbaiki, seperti jarak WC yang agak jauh dari kelas dan perhatian pihak kampus terhadap kebutuhan akademik mahasiswa difabel secara khusus.

"Orang-orang MBSA ramah-ramah, untuk fasilitas bagus terutama parkiran dekat dengan gedung belajar, mungkin WC-nya agak terlalu jauh dari kelas, saya sangat membutuhkan WC kalau kelas ber-AC, apalagi AC-nya dingin di sana. Selain itu, saya ingin sekali riset dan mendapatkan kesempatan bimbingan di bidang disabilitas dan kebahasaan dengan para dosen. Semoga ke depannya ada dosen yang tertarik membimbing dan mengoptimalkan potensi saya," jelas Maki.

Maki juga menceritakan tantangan yang ia hadapi dalam tugas-tugas kuliah. Ia merasa sedikit kewalahan karena setelah gap year selama 4 tahun, ia harus langsung fokus pada riset dan artikel ilmiah tanpa pelatihan sebelumnya. Meskipun demikian, ia terus belajar secara mandiri dan bersama teman-temannya.

"Tugas kuliah yang jadi tantangannya, hehe. Mungkin kewalahan dari gap year 4 tahun tiba-tiba disuruh fokus riset dan artikel ilmiah tanpa ada pelatihan sebelumnya. Meskipun begitu saya tetap terus belajar tentang riset dan artikel dengan teman-teman lainnya dan juga belajar di YouTube," kata Maki.

Maki merasa sangat bersyukur bisa berada di lingkungan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Jakarta. Ia melihat bahwa humaniora adalah ilmu yang sangat multidisiplin sehingga sangat mudah untuk masuk ke dalam keilmuan lain. Ia mencontohkan isu disabilitas yang dapat diangkat melalui berbagai pendekatan, seperti analisis wacana kritis, etnografi, dan kebahasaan. Maki memiliki keinginan yang kuat untuk berkontribusi dalam bidang riset disabilitas dan kebahasaan. Ia melihat bahwa isu disabilitas sangat penting untuk diperhatikan dan ia ingin memberikan kontribusi melalui penelitian yang relevan.

Maki melihat masa depan MBSA UIN Jakarta sangat menjanjikan. Ia percaya bahwa banyak guru besar yang sangat mumpuni di bidangnya dapat memberikan kontribusi besar bagi perkembangan program studi ini. Ia juga melihat peluang karir yang bagus sebagai peneliti dan dosen setelah menyelesaikan studinya di MBSA UIN Jakarta.

Maki adalah contoh nyata bahwa pendidikan dapat mengubah segalanya. Ia menceritakan bagaimana pendidikan telah mengangkat derajatnya dan membuatnya lebih berdaya. Ia juga ingin berbagi inspirasi bahwa hidup harus diabdikan untuk pendidikan dan diakhiri dalam keadaan mendidik.

"Pendidikan mengubah segalanya. Saya sangat merasakan itu. Yang dahulunya saya diintimidasi dan di-bully kini derajat saya naik dengan pendidikan. Orang-orang yang nge-bully dan menghina saya dulu, sekarang bungkam dan menghormati saya. Dengan pendidikan juga hidup jadi lebih mudah dan tidak rumit. Pendidikan mengantarkan saya menjadi manusia yang berdaya, yang mampu melakukan segala aktivitas yang tidak mungkin dilakukan oleh orang normal lain. Intinya hiduplah untuk berpendidikan dan matilah dalam keadaan mendidik," pungkas Maki.

Kisah Maki adalah perjuangan inspiratif yang mengajarkan kita tentang ketekunan, keberanian, dan semangat untuk menggapai mimpi. Pendidikan digunakannya sebagai alat untuk mengubah hidup dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Semoga kisah Maki dapat menjadi cermin syukur bagi kita semua untuk tidak mudah menyerah dalam segala keterbatasan.

Penulis: Hilya Maylaffayza

Foto Artikel:

Artikel (2)

 

Tag :