Konstruksi Kurikulum OBE dalam rangka Mendukung Implementasi E-Semesta
Konstruksi Kurikulum OBE dalam rangka Mendukung Implementasi E-Semesta

1 (4)

Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) mengadakan workshop penting untuk membahas evaluasi kurikulum Program Studi (Prodi) Tarjamah. Pertemuan ini dihadiri oleh Dekan FAH Dr. Ade Abdul Hak, M.Hum., CIQnR, Prof. Dr. Darsita Suparno, M.Hum merupakan ketua prodi Tarjamah, Narasumber Dr. Muhammad Yunus Anis, S.S., M.A, dan seluruh dosen Prodi Tarjamah pada tanggal 17 Juli 2024 di ruang sidang utama lantai 2 gedung FAH. Pada kegiatan ini, Dekan FAH menyampaikan bahwa kurikulum Prodi Tarjamah terakhir kali diperbarui pada tahun 2020. Beliau menekankan perlunya evaluasi kurikulum khususnya yang berhubungan dengan teknologi seperti AI dan era digital. Dekan juga mendorong para peserta untuk memanfaatkan pertemuan ini sebagai ajang diskusi dengan para ahli serta mengolah rasa dalam penerjemahan. Prof. Darsita menyoroti perlunya review kurikulum Prodi Tarjamah, mengingat tantangan yang dihadapi sebagai satu-satunya program studi sejenis di Indonesia.

2 (4)

Dr. Yunus memperkenalkan kurikulum berbasis Outcome-Based Education (OBE) kepada dosen Prodi Tarjamah. Beliau berharap Prodi Tarjamah dapat memiliki pakar yang mumpuni di salah satu bidang sebagai ciri khas prodi. Dr. Yunus juga mendorong kerja sama atau asosiasi dengan prodi Bahasa dan Sastra Arab lainnya. Selain itu, beliau menginisiasi mata kuliah proyek penerjemahan dengan output magang mahasiswa di Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI) atau tempat lain untuk melihat langsung praktik penerjemahan di lapangan.

Beliau juga menyinggung program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang awalnya mendapat pro dan kontra namun kini terbukti bermanfaat. Penggunaan Turnitin untuk menghindari plagiasi mahasiswa juga diusulkan. Dr. Yunus menekankan pentingnya dosen menilai kemampuan mahasiswa yang telah menghasilkan karya seperti buku terjemahan, sehingga tidak perlu mengikuti mata kuliah tertentu jika kemampuan mereka sudah mencukupi indikator mata kuliah tersebut.

3 (2)

Setelah istirahat, sholat, dan makan (ishoma), Dr. Yunus melakukan review kurikulum Prodi Tarjamah. Beliau membahas penerjemahan yang berfokus pada produk, fungsi, dan proses, serta memperkenalkan korpus pararel, FET (dubbing, audio, subtitle), dan fenomena penerjemahan berantai.

Dr. Yunus juga menyoroti pentingnya tracer study untuk mengetahui karir alumni dan mencukupi kebutuhan stakeholder. Dalam visi dan misi prodi, perlu ditambahkan wawasan di tingkat nasional dan internasional. Beliau juga menyoroti teori Jacob (Intra/interlingual) dan pentingnya penyesuaian agar tidak tumpang tindih antara linguistik dan penerjemahan. OBE menekankan mata kuliah berdasarkan outcome bukan bahan kajian. Untuk skripsi, hasil terjemahan harus dikoreksi oleh orang lain untuk penilaian objektif dan peneliti harus memberikan solusi masalah selain melakukan penelitian. Beliau juga menyoroti adanya perbedaan teori antara UNS dan UI dan memberikan contoh dua penulis scopus tentang penelitian translation Arab: Haider, Ahmad dan Farghal, Mohammed.

Workshop ini diharapkan dapat menghasilkan langkah konkret dalam meningkatkan kurikulum Prodi Tarjamah agar lebih relevan dan adaptif terhadap perkembangan teknologi dan kebutuhan industri.

Okta Reni Azrina RA