Islam Nusantara, Beberapa Sumbangan Pemikiran
Islam Nusantara, Beberapa Sumbangan Pemikiran

Dalam diskusi “Meneguhkan Islam Nusantara” di Redaksi Kompas, Jakarta, Rabu (27/5), wartawan kompas mengutip pernyataan Gus Mus, yang berbunyi: “Agama untuk manusia, maka kita harus memerhatikan nilai-nilai kemanusiaan”.

Saya keberatan terhadap pernyataan ini karena agama Islam adalah rahmatan lil alamin, yang berarti mengurus masalah alam semesta, bukan manusia saja. Pernyataan inilah yang menyebabkan umat Islam menjadi tidak peduli terhadap kerusakan alam dan lingkungan yang dampaknya sudah sedang kita rasakan saat ini. Dengan ditetapkannya umat Islam harus memakmurkan alam semesta, maka haram hukumnya bila kita ikut merusak lingkungan. Tindakan kecil yang dapat dianjurkan buat ummat Islam dalam hal ini, misalnya adalah lebih mulia membudidayakan ikan laut daripada menangkapnya dari alam terus menerus.

Masalah lain yang harus diurus oleh Islam Nusantara adalah korupsi. Bangsa yang 85% beragama Islam ini, dan terbesar di dunia, menjadi kampiun korupsi tingkat dunia. Akar permasalahannya adalah kemiskinan. Umat Islam yang miskin, di bawah $4.000 pendapatannya per kapita ini, memaksakan diri hidup dengan standar kehidupan dari bangsa-bangsa yang pendapatan per kapitanya di atas $40.000. Hal ini terjadi karena para pemimpin Islam tidak memiliki wawasan ekonomi modern yang akan menghasilkan sebuah kemampuan berindustri modern yang dapat mengangkat produktivitas umat. Bagaimana bisa memakmurkan alam semesta, mengurus diri sendiri saja belum mampu! Agama kita sudah wanti-wanti berpesan bahwa kemiskinan itu mengarahkan kita kepada kekufuran. Umat Islam karena sudah miskin berabad-abad bukan saja mengarah kepada kekufuran, tetapi sudah tercebur ke dalam kekafiran, buktinya korupsi merajalela.

Masalah yang berikutnya adalah kesalahan pendekatan dalam mengamalkan agama Islam. Agama Islam adalah sebuah keimanan yang modern yang tidak mengenal kekuasaan manusia selain kekuasaan Allah, didekati dengan cara primitif, dimana masih bercampur dengan kekuasaan manusia. Dengan masuknya kekuasaan manusia dalam menjalankan perintah agama, bukan saja berarti kita telah kufur karena telah menduakan kekuasaan Allah, tetapi juga kita telah mengkerdilkan kebesaran agama Islam. Dengan masuknya kekuasaan manusia dalam proses beragama, telah menghasilkan banyak sekali aliran-aliran keyakinan yang beraneka ragam sehingga merepotkan umat Islam sendiri. Agama Islam pada awal mulanya telah melenyapkan organisasi besar yang dikuasai oleh manusia, namun Islam yang besar itu pun kemudian dikerdilkan oleh umatnya sendiri melalui organisasi-organisasi yang dikuasai manusia pula.

Apa yang dapat kita ambil hikmahnya dari uraian permasalahan di atas, perlu kiranya Islam Nusantara lebih melengkapkan diri dalam tiga hal yaitu:

  1. Menetapkan bahwa Islam Nusantara adalah juga keimanan yang bertanggung jawab terhadap kemakmuran alam semesta, seluruh ciptaan Allah, sebagai ibadah.
  2. Mengupayakan penguasaan terhadap kemampuan berindustri modern bagi umat Islam agar mampu meningkatkan produktivitas umat, dalam kaitan pemberantasan kemiskinan.
  3. Memurnikan Islam Nusantara dari kekuasaan manusia, agar agama Islam tetap modern sehingga akan makin kokoh dan perkasa sepanjang masa. Insya Allah
[Eddy O. M. Boekoesoe, Peneliti Industri Modern, HP. 08128767939, e-mail: eddyboekoesoe@yahoo.com]