International Seminar : a Post-Orientalist Study of Indonesian Islamic History
International Seminar : a Post-Orientalist Study of Indonesian Islamic History

 

4 (3) 

Seminar internasional bertajuk "A Post-Orientalist Study of Indonesian Islamic History" diselenggarakan dengan tujuan untuk mengeksplorasi bagaimana mengkaji agama Islam di Indonesia dalam kerangka pasca-orientalis. Kegiatan ini berlangsung di ruang dekanat lantai 2 gedung Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagian melalui zoom meeting pada 17 Juli 2024.

Dr. Ade Abdul Hak, M.Hum hadir untuk memberikan sambutan kegiatan yang dihadiri oleh ahli dan akademisi yang membahas berbagai perspektif mengenai kolonialisme, orientalisme, dan perkembangan studi Islam di Indonesia.

Narasumber dalam seminar ini dihadirkan dari University of California, USA, Muhammad Ali, Ph.D dan Professor dalam Ilmu Politik UIN Jakarta Prof. Ali Munhanif, MA., Ph.D dengan pemantik diskusi dari ketua program magister SKI Prof.Dr. Jajat Burhanuddin, MA.

2 (5)

Para pembicara menjelaskan bahwa orientalisme seringkali melihat Timur sebagai entitas yang tunggal dan tertinggal. Meskipun kolonialisme dan orientalisme adalah dua hal berbeda, orientalisme dianggap sebagai bentuk dari kolonialisme. Pasca-kolonialisme menyoroti dampak kolonialisme yang masih berlanjut di masyarakat, terutama di Timur Tengah. Tidak semua orientalis selalu terkait dengan kolonialisme, tergantung pada bagaimana kajiannya.

Dekolonialisme diartikan sebagai upaya untuk benar-benar mencari solusi dan menggantikan pengaruh kolonialisme. Ini dianggap lebih kuat daripada orientalisme.

Pembahasan spesifik tentang sejarah agama di indonesia, cara berpikir orientalis dan kosmopolitanisme, kritik dan pengembangan kajian sejarah, konsep islam dan perkembangan kontemporer, pergeseran studi islam, serta rearabizing dan tantangan lokal.

3 (3)

Di akhir sesi diungkap bahwa semua Islam adalah lokal, dan post-orientalisme mengedepankan aspek lokal. Tugas sejarawan adalah memahami konteks pada zaman mereka hidup dan menjelaskan tanpa bias. Sejarawan harus fokus pada perubahan perspektif dan menghindari penilaian yang subyektif.

Penulis : Annisa/Okta