Ida Rosida: Flexing Culture (Budaya Pamer) di Era Media Sosial dan Implikasinya Bagi Kaum Muda
Ida Rosida: Flexing Culture (Budaya Pamer) di Era Media Sosial dan Implikasinya Bagi Kaum Muda

Padang, (5/6/2023) - Ida Rosida, M.Hum., Dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menjadi salah satu delegasi dalam ADIA Annual International Conference 2023. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Hotel The ZHM Premiere, Padang, pada tanggal 4 hingga 6 Juni 2023.

 

Ida hadir bersama dengan tiga dosen lainnya dari Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta, yaitu Nina Farlina, M.Hum., Lili Sudria Wenny, M.Hum., dan Fadhillatul Hamdani, M.Hum., dengan risetnya masing-masing. Pada kegiatan tersebut, Ida mempresentasikan risetnya yang berjudul "Flexing Culture in the Age of Social Media".

 

Ida Rosida bersama delegasi dari FAH UIN Jakarta

 

Dalam memaparkan temuannya, Ida mengungkapkan bagaimana fenomena pamer telah menjadi tradisi virtual yang meluas dan bertransformasi menjadi budaya dalam era digital. Ia mengulas bagaimana kegiatan beribadah kini bukan lagi menjadi hal pribadi antara individu dengan Tuhan, melainkan telah menjadi konsumsi publik yang pada akhirnya memunculkan beragam pemaknaan, termasuk dalam konteks pengakuan identitas kelas sosial.

 

Ida menjelaskan bahwa flexing culture (budaya pamer) memiliki potensi bahaya, terutama bagi generasi muda. Budaya ini menciptakan paradigma bahwa kesuksesan dapat diraih secara instan, padahal realitasnya tidak demikian. Dalam era media sosial, terdapat kekhawatiran bahwa kaum muda yang ingin meraih kesuksesan dengan cepat akan mencari jalan pintas yang tidak sehat. Oleh karena itu, literasi media menjadi sangat penting untuk memberikan pemahaman yang bijak kepada mereka.

 

Flexing culture telah menjadi industri dan tren yang diikuti oleh banyak orang. Namun, banyak dari mereka yang tidak menyadari bahwa di baliknya terdapat imajinasi seperti fantasi dan manipulasi. Hal ini dapat memunculkan pemahaman yang salah oleh masyarakat umum, terutama kalangan muda.

 

Dalam penelitiannya, Ida berkolaborasi dengan beberapa mahasiswa aktif dari Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris, yaitu Fatimah Az Zahra, Fatimah Tuzzahrah, Sayyidati Azzahra, yang merupakan mahasiswanya dalam mata kuliah Culture Studies.

 

ADIA Annual International Conference 2023 adalah konferensi yang diselenggarakan oleh Asosiasi Dosen Ilmu-ilmu Adab (ADIA) di Indonesia. Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol, Padang menjadi tuan rumah acara tersebut. Terdapat 75 artikel yang dipresentasikan dalam dua sesi panel dan tiga sesi paralel dalam konferensi ini, termasuk makalah yang dipresentasikan oleh Ida sebagai delegasi dari UIN Jakarta.

 

Ida bersama para peserta ADIA Annual International Conference

 

Ida merasa sangat antusias mengikuti kegiatan konferensi ini, terutama karena ia dapat mempresentasikan hasil penelitiannya yang melibatkan tiga mahasiswanya. Ia juga memberikan pesan kepada pemerintah untuk mengadvokasi pentingnya literasi media, mengingat belum ada batasan yang jelas mengenai penggunaan media sosial hingga saat ini.

 

Media baru telah memunculkan banyak praktik kebudayaan yang direpresentasikan melalui platform media sosial, dan Ida melihat hal tersebut dari perspektif studi budaya. Ia memperhatikan bagaimana kajian budaya melihat praktik kebudayaan tersebut tidak hanya sebagai sesuatu yang tidak bermakna.

 

Ida menyoroti peran kekuatan dalam hubungannya dengan kekuatan media, di mana media memiliki pengaruh yang besar dalam menjalankan media sosial, termasuk konten yang dihasilkan oleh para kreator.

 

"Dalam kajian budaya, saya melihat kasus ini. Harapannya, setidaknya kaum muda tidak terjerumus ke sisi negatif yang ada dalam dunia digital. Budaya sangat penting karena dapat merepresentasikan identitas kita. Oleh karena itu, kita tidak boleh sampai membiarkan budaya pamer menjadi identitas budaya Indonesia. Seperti yang diungkapkan oleh seorang habib di Arab Saudi yang viral di media sosial, bahwa ia menganggap Indonesia hanya suka selfie," ujar Ida dalam sebuah wawancara di ruang dosen FAH.

 

Ida berpose pada kegiatan ADIA Annual International Conference

 

"Saya ingin berargumentasi batasan worshiping sama flexing. Jadi bilangnya worshiping, from worshiping to flexing. Dari ibadah ke pamer," tambahnya

 

Peneitian Ida Rosida menjadi langkah penting dalam pengembangan studi kebudayaan dan literasi media di era digital. Presentasi Ida yang membahas fenomena "Flexing Culture in the Age of Social Media" menekankan pentingnya kesadaran akan dampak budaya populer dan media sosial terhadap identitas sosial, terutama bagi generasi muda.

 

Kontributor: Abdullah Tsalis

 

Editor: Faizal Arifin