FGD Konsorsium Sastra FAH: Tingkatkan Tradisi Riset Sastra
FGD Konsorsium Sastra FAH: Tingkatkan Tradisi Riset Sastra

Ciputat, (2/8/2023). Menindaklanjuti Surat Keputusan Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang penetapkan anggota Konsorsium Keilmuan FAH tahun 2023, tim konsorsium Sastra yang terdiri dari dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Arab serta Sastra Inggris melaksanakan FGD dengan tema “Meningkatkan Tradisi Riset Sastra di FAH”. Kegiatan ini dilaksanakan di Ruang Sidang Utama lantai 2 FAH UIN Jakarta.

FDG perdana yang digagas oleh Ketua Konsorsium Sastra, Dr. Ulil Abshar, M.Hum, dihadiri oleh Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Dr. Ade Abdul Hak, M.Hum, Wadek 2 FAH, Dr. Siti Amsariah, M.Ag, Wadek 3, Usep Abdul Matin, Ph.D, Sekretaris Konsorsium Sastra, Ida Rosida, M.Hum dan Anggota Konsorsium Sastra diantaranya Dr. Yani’ah Wardani, Dr. Irfan Abu Bakar, MA, Yeni Ratna Yuningsih,S.Ag. MA., Ph.D, Dr. Adib Misbachul Islam, M.Hum, Dr. Minatur Rokhim, MA, Dr. Rizqi Handayani, MA, Elve Oktafiyani, M.Hum, Nina Farlina, M,Hum, Pita Merdeka, MA, dan Arief Rahman Hakim, M.Hum.

FGD Konsorsium Sastra ini dibuka oleh oleh Wadek 3 bidang kemahasiswaan, Usep Abdul Matin, Ph.D. Ia berbicara tentang bagaimana dengan adanya konsorsium ini dapat mewadahi berbagai macam hambatan yang dialami oleh kedua prodi terkait pengembangan ilmu sastra. Ia pun menegaskan bahwa Konsorsium Sastra ini bisa dijadikan sebagai solusi untuk mendorong pengembangan ilmu pengetahuan khusunya di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan diadakannya konsorsium ini adalah untuk menjaring gagasan terkait pengembangan keilmuan khususnya dalam bidang ilmu sastra. Diskusi diawali dengan paparan ketua konsorsium Sastra, Dr. Ulil Abshar, M.Hum yang mengungkapkan bahwa realita kesastraan di Fakultas Adab yang kurang “bergairah” baik di kalangan mahasiswa maupun dosen dikarenakan riset dalam kajian sastra masih dianggap kalah bersaing dengan kajian-kajian lain.  Ia mempertanyakan kenapa selama ini sastra sulit tembus dalam hibah riset? Bukan hanya kurang memperlihatkan signifikansi praktis penelitian namun banyak hal lain yang turut menentukan sebuah proposal riset diterima atau tidak. Untuk itu, Ia menambahkan bahwa Konsorsium Sastra bisa dijadikan sebagai media atau ruang untuk meningkatkan pengembangan ilmu Sastra.

Wadek 2 FAH, Dr. Siti Amsariah, MA, menuturkan bahwa konsorsium FAH dapat mendampingi kepala program studi untuk mendesign peta penelitian dalam bidang linguistik, sastra, terjemahan, dan filologi, yang kemudian bisa berkolaborasi antara prodi Sastra Arab dan Sastra Inggris. Kedepannya penelitian dosen FAH akan dilaksanakan berdasarkan rekomendasi konsorsium sastra. Selanjutnya, Ia menyampaikan bahwa kegiatan-kegiatan prodi didampingi konsorsium Sastra seperti workshop dan kegiatan lain. Kegiatan tersebut diupayakan mengahasilkan output seperti artikel yang tembus di jurnal baik nasional atau internasional, buku ajar, dan yang lainnya.

Dr. Irfan Abu Bakar, M.Ag menyampaikan gagasannya terkait novelty dalam sebuah riset sastra. Novelty tidak hanya didefinisikan sebagai korpus kajian, tetapi dari sisi metodologi dan teori. Menurutnya, sebuah riset harus menghadirkan ide kontemporer yang menghasilkan kegairahan yang menghubungkan dunia sastra dan dunia luar. Ciri novelty merupakan objek penelitian baru tetapi menggunakan ilmu pendekatan yang lama. Dosen diharapkan tidak membatasi imajinasi serta ekspresi dari setiap mahasiswa akan ilmu pendekatan yang akan digunakan oleh mereka. Meluaskan horizon bukan berarti meninggalkan novelty. Tradisi penilitian sastra jika ditinggal maka akan memotong makna tradisi itu sendiri. Konsorsium merupakan pengembangan keilmuan yang di mana harus meluaskan horizon dan tidak selalu melekat pada tradisi kebaruan dalam penelitian .

Yeni Ratna Yuningsih, S.Ag., M.A., Ph.D berpendapat mengenai dua fungsi yang perlu diterapkan dalam konsorsium ini. Fungsi substansif dan fungsi pragmatis. Secara substansif, konsorsium ini diharapkan dapat menerjemahkan terkait integrasi keilmuan secara meluas bagi mahasiswa sastra untuk dapat memiliki pandangan yang lebih meluas. Serta, secara pragmatis dilaksanakannya kembali konsorsium sastra diharapkan dapat membantu prodi untuk menentukan bidang riset di keilmuan sastra, memberikan peta keilmuan bidang sastra yang dapat diakses oleh mahasiswa sehingga memudahkan bagi dosen dan mahasiswa, membantu menyempurnakan kurikulum, untuk memudahkan mencari referensi bagi mahasiswa sastra, mengadakan konferensi bidang sastra, dan diharapkan supaya konsorsium sastra dapat menjadi wadah pembuka untuk mengajukan anggaran sehingga lebih mudah dalam pelaksanaannya karena lebih terpercaya.

Dr. R. Yani’ah Wardani, M.Ag. juga turut menyampaikan pendapatnya terkait  batas tahun kajian sastra. Menurutnya, mengikuti zaman memang diharuskan tetapi jangan sampai meninggalkan yang lama. karena masih ada hal-hal dalam prospek dan bidang lain yang dapat dikaji dengan adanya pembaruan  ini. Dalam diskusi konsorsium, juga dijelaskan pentingnya menjaga tradisi dan tidak meninggalkannya begitu saja. Dengan adanya pembaruan, sastra dapat tetap relevan dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan esensi dan karakternya. Selain itu, konsorsium sastra diharapkan dapat memperkuat kerjasama antar prodi dalam Fakultas Adab dan Humaniora, sehingga dapat saling menguatkan dalam pengembangan ilmu pengetahuan sastra. Konsorsium Keilmuan Fakultas Adab dan Humaniora ini diharapkan dapat menjadi langkah maju bagi pengembangan ilmu sastra di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan kolaborasi antar prodi, perpaduan antara tradisi dan inovasi, serta penekanan pada pentingnya sastra dalam dunia akademis, diharapkan ilmu sastra dapat terus berkembang dan relevan dengan tuntutan zaman.

Dr. Rizqi Handayani, turut aktif berdiskusi mengenai pentingnya prodi Sastra untuk memiliki buku ajar yang kemudian buku tersebut bisa dijadikan buku wajib mahasiswa. FAH UIN Jakarta memilik ahli dalam keilmuan tersebut, tetapi belum ada satu buku pun yang ditulis dan diterbitkan oleh dosen FAH sendiri. Ia berharap bahwa, konsorsium sastra ini dapat mengahasilkan satu produk yang akan bermanfaat bagi akademisi khusunya bagi mahasiswa.

 Elve Oktafiyani, M.Hum, dan Arief Rahman Hakim mewakili dosen Sastra Inggris mengungkapkan akan pentingnya dua prodi ini untuk menyusun RPS berbasis OBE (Outcomes-Based Education), sehingga mahasiswa dapat dipastikan mencapapai capaian yang telah ditetapkan masing-masing mata kuliah.

FGD pertama ini adalah agenda Call for Ideas dengan tujuan menjaring ide dari anggota konsorsium sastra tentang agenda konsorsium ini kedepannya. Inti utama FGD Konsorsium Sastra FAH adalah tentang Integrasi keislaman dan kesusastraan. Mengenai apa yang dimaksud dengan integrasi keilmuan dalam bidang sastra dan bagaimana mengkajinya sesuai dengan tradisi sastra. Melaui FGD dan kegiatan lain konsorsium sastra, diharapkan dapat meluaskan ide dan konsep tentang integrasi islam. Dalam pertemuan selanjutnya, Konsorsium Sastra akan fokus pada output kegiatan yaitu menghasilkan satu buku yang mengulas Integrasi islam dalam kajian sastra.

Kontributor:    Bagas Rizki Hertanto & Suzanna Angella Mocodompis

Editor         : Ida Rosida