FAH UIN Jakarta Jajaki Kerjasama Program Doktor Sejarah Peradaban Islam di UIN Raden Fatah Palembang
Palembang, Berita FAH Online – Jajaran wakil Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melaksanakan kunjungan resmi ke UIN Raden Fatah Palembang pada 6-8 November 2024. Kunjungan ini bertujuan untuk memulai inisiasi kerja sama pembukaan Program Doktoral Sejarah Peradaban Islam (SPI) yang nantinya akan memberikan kesempatan studi lanjutan di bidang tersebut. Rombongan FAH UIN Jakarta yang berjumlah tujuh orang dipimpin oleh Wakil Dekan I, Dr. Ida Farida, MLIS; Wakil Dekan II, Dr. Siti Amsariah, M.Ag; dan Wakil Dekan III, Prof. Dr. Usep Abdul Matin, S.Ag., M.A., Ph.D. Tim ini juga diikuti oleh Ketua Program Studi Magister Sejarah dan Kebudayaan Islam (MSKI), Prof. Jajat Burhanuddin, M.A.; serta dosen SPI, Dr. Mauidlotun Nisa, M.Hum. dan Dr. Awalia Rahma, M.A., serta Elve Oktafiyani, M.Hum., selaku GJM.
Setibanya di UIN Raden Fatah Palembang, delegasi dari FAH UIN Jakarta disambut dengan hangat oleh Direktur Pascasarjana, para Wakil Direktur, Ketua dan Sekretaris Program Studi SPI, Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), serta kasubag dan staf. Pertemuan ini berlangsung di ruang meeting Direktur Pascasarjana dengan agenda utama memaparkan visi Program Doktoral Sejarah Peradaban Islam (SPI), sekaligus menggali konsep-konsep akademis dan filosofis yang akan menjadi landasan kurikulum dan orientasi studi program doktoral tersebut.
Wakil Dekan I Bidang Akademik FAH UIN Jakarta, Dr. Ida Farida, MLIS, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kunjungan ini selain untuk menjalin silaturahmi, juga bertujuan membangun kerja sama dalam pembukaan program doktoral di Fakultas Adab dan Humaniora. "Kami berharap kerja sama ini dapat mempererat hubungan antara FAH UIN Jakarta dan Pascasarjana UIN Raden Fatah, serta bersama-sama meningkatkan mutu pendidikan Sejarah Peradaban Islam di lingkungan UIN di Indonesia," ujarnya.
Diskusi Konsep dan Tujuan Pembukaan Program Doktoral SPI
Ketua Program Studi Magister (S2) Sejarah Kebudayaan Islam (MSKI) Prof. Jajat Burhanuddin, M.A, dalam sambutannya menyampaikan bahwa program doktoral SPI ini bertujuan memperkuat kajian sejarah peradaban Islam yang empiris, serta memisahkannya dari aspek sufisme dan spiritual yang lebih bersifat kasuistik. Menurutnya, meskipun unsur spiritual seringkali menjadi bagian dari sejarah peradaban Islam, kajian akademik harus mengutamakan objektivitas dan dasar ilmiah yang berlaku universal, bukan pengalaman kasuistik yang bersifat individu.
“Pengalaman spiritual sifatnya kasuistik, berbeda dengan kedokteran yang dapat diaplikasikan secara luas. Oleh sebab itu, ilmu sejarah harus dipisahkan dari hal-hal metafisik seperti spiritual healing,” ungkap Prof. Jajat. Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa pentingnya mata kuliah tasawuf di program ini tetap relevan, namun harus ditempatkan dalam porsi yang akademis agar tidak mengurangi kualitas keilmuan.
Prof. Munir dari UIN Raden Fatah turut menyampaikan pandangannya bahwa peradaban Islam dalam konsep "ulul albab" di dalam Al-Qur’an memiliki dua peran penting: sebagai "tibyaanan" (penjelas wahyu dan pemahaman alam semesta) serta "tashdiiqan" (konfirmatif dan konstruktif). Ia menegaskan bahwa integrasi Islam, sains, dan teknologi menjadi fokus utama, di mana riset tidak hanya menghasilkan publikasi ilmiah ( Scopus) semata, tetapi juga produk konkret seperti produk kesehatan yang berbasis naskah-naskah warisan leluhur.
“Kami mendorong mahasiswa untuk menggali naskah-naskah klasik, seperti naskah obat kuat karya ulama Palembang, dan melakukan kolaborasi antara Islam, sains, dan teknologi sehingga hasil riset tidak hanya dipublikasikan di jurnal, tetapi juga memiliki produk nyata,” ujar Prof. Munir.
Kemudian, Prof. Amin Abdullah menjelaskan pentingnya interkoneksi ilmu. Menurut beliau, pendekatan multidisipliner sudah sangat penting, namun ia menekankan dirinya mengusung pendekatan transdisipliner. "Saya melihat sesuatu, seperti daun bidara, bukan hanya dari konsepnya, tetapi juga dari manfaat dan unsur kimianya. Pendekatan ini mendorong adanya kesadaran kognitif yang lebih dalam," jelasnya.
Fokus pada Kajian Peradaban yang Berkelanjutan
Dalam diskusi lebih lanjut, Prof. Munir menjelaskan bahwa peradaban Melayu-Nusantara memiliki nilai yang perlu diwariskan dan dikaji dengan baik. Program doktoral SPI di UIN Raden Fatah ini berorientasi pada “continuity and change” dalam peradaban Islam yang ada di Nusantara, dengan pendekatan interkoneksi ilmu serta kolaborasi lintas disiplin seperti farmakologi dan biomedis untuk riset-riset kesehatan. Menurutnya, riset tersebut dapat menciptakan output yang praktis dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
Lebih lanjut, Prof. Munir juga menyoroti pentingnya kajian peradaban yang terfokus pada aspek non-bendawi, yang dianggap lebih relevan dalam perkembangan ilmu sejarah dan peradaban. Program ini juga membuka peluang untuk kolaborasi dan kontribusi dalam kajian turats atau warisan budaya leluhur Nusantara, yang mencakup wilayah Filipina, Brunei, Malaysia, Singapura, hingga Madagaskar.
Harapan dan Tujuan Program Doktoral SPI
Melalui program doktoral ini, baik FAH UIN Jakarta maupun Pascasarjana UIN Raden Fatah berharap dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembelajaran sejarah peradaban Islam yang lebih luas, khususnya dalam konteks kawasan Nusantara. Program ini tidak hanya bertujuan untuk memahami sejarah masa lalu, tetapi juga memberikan prediksi dampak sejarah bagi masa yang akan datang melalui pendekatan transdisipliner dan fokus pada integrasi ilmu agama dan ilmu pengetahuan.
Program doktoral ini diharapkan dapat segera terealisasi, mengingat kebutuhan akan pengkajian sejarah peradaban Islam yang tidak hanya mencakup aspek kebudayaan tetapi juga mampu menjawab tantangan-tantangan ilmiah di era modern.
Dokumentasi Kegiatan: