FAH Dalam Balutan Budaya Nusantara
Kekayaan budaya yang dimiliki bumi Nusantara sudah dikenal sejak lama, baik di dalam maupun luar negri. Ragam budaya yang ada di bumi khatulistiwa kini, merupakan hasil dari gagasan pikiran masyarakat pribumi dan interaksi dengan bangsa lain yang tentunya amat di pengaruhi oleh kondisi lingkungan.
Seakan ingin kembali kepada khitahnya, Fakultas Adab dan Humaniora yang dikenal juga dengan nama fakultas budaya mulai memunculkan kembali berbagai macam bentuk budaya Nusantara yang dikemas menarik. Seluruh elemen di FAH kini saling bersinergi untuk menampilkan nilai-nilai budaya Nusantara yang diakui memiliki nilai-nilai yang tinggi, seperti nilai religi, edukasi, maupun etika.
Perubahan yang terjadi akhir-akhir ini di FAH merupakan perwujudan visi dan misi FAH yaitu "menuju e-faculty, berbasis riset dan berkarakter Islam Nusnatara" yang tentunya merupakan suatu gagasan yang segar, mengingat visi misi ini memadukan antara kemajuan teknologi dengan kearifan lokal Nusantara. Perpaduan tersebut diharapakan dapat menciptakan kemajuan untuk Fakultas ini khususnya, dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta umumnya. Sosialisasi yang terus digencarakan oleh jajaran Dekanat mulai terlihat hasilnya. Sekarang di FAH, setiap acara, baik acara besar maupun kecil selalu mengangkat tema dengan karakter budaya Islam Nusantara.
Dalam rangka merevitalisasi kembali budaya Nusantara yang sempat terlupakan, tentunya Dekan, Wakil Dekan, Pimpinan Jurusan, dan Staf FAH lah yang memulainya, dibuktikan dengan berbagai macam acara seperti, seminar, public lecture, dan pameran yang selalu mengusung tema budaya Islam Nusantara. Layaknya virus, hal-hal seperti tadi menular kepada para mahasiswa FAH. Mereka memunculkan berbagai macam ide yang berkonsep budaya Islam Nusantara. Ide-ide tersebut dituangkan dalam bentuk LSO (Lembaga Seni Otonom), Diskusi, pertunjukan seni daerah, dll.
Hal-hal di atas merupakan progres positif dari usaha yang dilakukan semua elemen di FAH. Untuk mempekokoh nilai-nilai budaya di FAH maka organisasi intra kampus seperti HMJ, Dema-F, dan Sema-F seharusnya ikut berkontribusi dalam mewujudkan harapan bersama ini, dengan menjadi motor penggerak di kalangan mahasiswa secara menyeluruh. Dengan memperkuat karakter ini maka kita akan sadar identitas kita yang sebenarnya sebagai masyarakat pribumi, sehingga mampu menempatkan diri seutuhnya di bumi Khatulistiwa ini.
Selain itu merupakan suatu tindakan yang bijak sebagai lembaga pendidikan tinggi di Indonesia jika kita bisa melestarikan budaya sendiri, dan menjadi contoh bagi tingkat pendidikan di bawahnya, terutama untuk mahasiswa yang digadang-gadang sebagai agen pembawa perubahan.
Pesan yang penulis dapat dari Dekan FAH, Prof. Oman Fathurahman sewaktu mengadakan diskusi adalah, "Fakultas Adab dan Humaniora ini harus memiliki distingsi dengan fakuktas lain sehingga nantinya Fakultas kita mudah dikenal orang lain". Harapan besar yang bisa diwujudkan adalah FAH UIN Syarif Hidayatullah menjadi Fakultas yang dicontoh fakultas lain baik di dalam UIN sendiri maupun di perguruan tinggi lain.
Oleh : Irvan Hidayat (Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam).