Ery Soedewo Ungkap Peran Penting Situs Bongal di Pesisir Sumatera Barat, dalam Sejarah Jalur Rempah
Jakarta, 22 Oktober 2023 – “Situs Bongal adalah bagian dari rute rempah-rempah kuno yang ada jauh sebelum abad ke-16 Masehi," ungkap Ery Soedewo, peneliti BRIN. Argumen tersebut diungkap dalam kegiatan konferensi internasional bertajuk "Spiced Islam and Material Cultures Across the Indian Ocean," berlangsung pada 23-24 Oktober 2023, di Teater Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Konferensi internasional ini diselenggarakan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang menggali pertukaran budaya dan agama yang multidireksional di sepanjang rute rempah-rempah Samudra Hindia.
Acara ini merupakan kerja sama antara Program Studi Sejarah dan Peradaban Islam, Program Studi Magister Sejarah dan Kebudayaan Islam FAH UIN Jakarta, dengan Leiden Centre for Indian Ocean Studies (Universitas Leiden), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia, dan Universitas Islam Internasional Indonesia. Salah satu presenter dalam konferensi tersebut adalah Ery Soedewo, seorang peneliti BRIN, kelahiran Surabaya, Indonesia, pada tahun 1973. Ia meraih gelar Sarjana (S.S) dalam bidang arkeologi dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia, pada tahun 1999; Magister (M.Hum.) dalam bidang linguistik dari Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia pada tahun 2007; dan gelar Doktor (Dr.) dalam bidang arkeologi dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia, pada tahun 2020. Ia menjadi pembicara utama dalam seminar internasional tentang Sriwijaya di Jambi, Indonesia pada tahun 2014. Selain itu, ia juga pernah menjadi presenter dalam Konferensi Internasional Kedua mengenai Arkeologi Asia Tenggara di Bangkok, Thailand pada tahun 2015, dan dalam Simposium Internasional mengenai Diaspora Austronesia di Bali, Indonesia pada tahun 2016.
Dalam presentasinya yang berjudul "Bongal Site a Port in the Eastern Indian Ocean Spice Route" Ery Soedewo menggali mengenai perdagangan rempah-rempah yang sering kali dikaitkan dengan kolonialisme Eropa yang mulai menjelajahi kepulauan Indonesia pada abad ke-16 Masehi. Namun, bukti arkeologis menunjukkan bahwa rute rempah-rempah global ini sudah ada jauh sebelum abad ke-16 Masehi. Temuan arkeologis menunjukkan bahwa rute rempah-rempah sudah ada di wilayah Samudra Hindia. Salah satu barang dagangan yang menghubungkan pusat-pusat ekonomi di wilayah Samudra Hindia adalah rempah-rempah.
Temuan rempah cengkeh tertua dari kepulauan ini yang sampai ke luar negeri adalah temuan cengkeh di Suriah yang berasal dari tahun 1721 SM. Temuan cengkeh dari periode yang lebih muda (900-1100 Masehi) ditemukan di situs Mantai, Sri Lanka. Temuan cengkeh di Sri Lanka yang sampai ke Suriah adalah bukti adanya rute rempah-rempah melalui perairan Samudra Hindia di masa lalu. Situs Bongal adalah situs arkeologi di pantai barat Pulau Sumatra, yang berada di bagian timur Samudra Hindia. Studi yang dilakukan di situs ini pada tahun 2021-2022 menemukan indikasi bahwa Bongal adalah bagian dari rute rempah-rempah kuno yang ada jauh sebelum abad ke-16 Masehi. Indikasi tersebut berupa butiran yang diduga sebagai rempah-rempah dan resin yang diduga sebagai resin aromatik seperti kamfer dan damar. Data arkeologi menunjukkan bahwa butiran dan resin yang ditemukan di Bongal berasal dari akhir abad ke-6 hingga abad ke-10 Masehi.
Ery Soedewo menjelaskan bahwa situs Bongal memiliki keunggulan geografis karena terletak di dalam teluk yang memungkinkannya berkembang sebagai pelabuhan alami. Pada masa kejayaannya, Bongal menjadi pelabuhan tujuan bagi pelaut dan pedagang asing. Mereka datang ke Pulau Sumatra terutama untuk mendapatkan komoditas utama dari pulau ini seperti emas, kamfer, dan rempah-rempah. Interaksi ini sangat erat kaitannya dengan keberadaan sumber daya alam Nusantara dalam bentuk kekayaan mineral (emas, timah, dan tembaga), berbagai jenis resin, dan kayu wangi. Temuan rempah-rempah cengkeh di Bongal menjadi bukti awal dari perdagangan rempah-rempah melalui rute rempah-rempah Samudra Hindia di masa lampau.
Dalam penutup, Ery Soedewo berharap bahwa penelitian ini akan terus mengungkap jejak sejarah perdagangan rempah-rempah kuno di wilayah Samudra Hindia. Temuan di situs Bongal menjadi jendela berharga untuk memahami bagaimana interaksi budaya dan perdagangan berlangsung di masa lalu. Selain itu, penelitian ini juga memberikan wawasan tentang betapa pentingnya rempah-rempah dalam hubungan perdagangan dan budaya di wilayah ini. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang sejarah perdagangan dunia dan peran penting wilayah Indonesia dalam sejarah perdagangan rempah-rempah.
Kontributor: Ristiana Maulida
Editor: Faizal Arifin