Ekspedisi Jalur Rempah: Cerita Mita Dari Pulau Makian
Ekspedisi Jalur Rempah: Cerita Mita Dari Pulau Makian
Gedung Fah, Fah News- Rahmita Ramadhani, mahasiswa Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam (SPI) UIN Jakarta, atau yang akrab disapa Mita telah usai mengikuti Ekspedisi Jalur Rempah (EJR) 2018. Acara ini diadakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Direktorat Jenderal Kebudayaan Indonesia. Berlangsung dari 29 September sampai 09 Oktober 2018, dengan jumlah peserta 100 dari 34 provinsi di Indonesia. Peserta EJR dibagi menjadi empat kelompok dengan penjelajahan ke-empat pulau berbeda di Maluku Utara, yaitu Ternate, Tidore, Makian, dan Jailolo. Mita mendapat pulau Makian, pulau paling ujung sebelum Bacan. Menurut Mita program EJR memiliki korelasi yang sangat erat dengan jurusan sejarah. Terlebih lagi Indonesia sangat kaya dengan rempah-rempah, hingga membuat bangsa Barat memperebutkannya. Kendati begitu, program EJR terbuka untuk semua jurusan dan tidak menutup kemungkinan siapapun bisa mengikuti program ini. Maluku utara memiliki daya pikat tersendiri, yaitu kekayaan rempah-rempahnya. Begitupun dengan Pulau Makian, buah kenari menjadi komoditas utama daerah ini. Berbeda dengan Jailolo dan Bacan yang lebih banyak menghasilkan cengkih dan pala. Sayangnya, kenari belum sepopuler cengkih dan pala. Mita pun mengaku asing dengan buah kenari, karena sebelumnya tidak mengenal buah ini. “Awalnya saya tidak tahu buah kenari, dan baru mengetahuinya setelah mengikuti EJR. Di Makian, cengkih ada, tapi musiman dan pala juga ada namun tidak sebanyak pulau lainnya, justru kenari lah yang paling banyak. Biasanya ketika tamu datang berkunjung disuguhi buah kenari begitupun ketika pulang, bisa juga dipakai untuk campuran bumbu masak atau dimakan mentah, sesuai selera saja," ujar Mita. Mita menambahkan bahwa, 100 persen penduduk pulau Makian beragama Islam. rumah-rumah di sana tidak melebihi besarnya masjid. Sekalipun masyarakat Makian sangat ramah, namun mereka tergolong selektif dalam menerima setiap pengunjung yang datang ke pulau Makian. Jika non-muslim kemungkinan besar tidak diperbolehkan memasuki pulau Makian. Tradisi lain di Makian, biasanya usai merayakan hari raya lebaran para warga plesiran ke pantai Pawate. Hal yang paling unik dari pantai Pawate ini, ketika jarak dua jari dari bibir pantai air yang bersumber dari tanah yang digali tidak terasa asin. Mita merasa sangat bersyukur karena pengalaman dari kegiatan EJR ini memberikan pemahaman yang luar biasa tentang jalur rempah, bahkan Mita bisa merasakan langsung kehidupan menjadi warga Makian, namun hal yang membuatnya sedih ketika sayuran menjadi langka, bahkan hampir setiap hari warga Makian mengkonsumsi ikan, karena para petani kenari tidak berkebun sayuran. Selama kegiatan EJR di Makian, Mita bersama teman-temannya melakukan berbagai kegiatan, juga melakukan kunjungan ke kebun Kenari, benteng Mauritius, benteng yang sudah ada sejak zaman kolonial yang digunakan untuk menyimpan senjata. Hal yang menarik lagi mengunjungi masjid yang bernilai sejarah di pulau Makian, karena peletakan batu pertama masjid tersebut dilakukan oleh Sukarno dengan didampingi oleh Bung Tomo. Kegiatan lainya, menggali informasi tentang pulau Makian, baik dari segi sejarah juga mengenai buah kenari. melakukan wawancara kepada beberapa nasrasumber seperti Kepala Camat Pulau Makian, dan beberapa tokoh masyarakat. Kegiatan EJR pula mencakup pengabdian kepada masyarakat salah satunya dengan membuat taman baca dan membantu berbagai kegiatan warga di Makian. Selain itu juga peserta EJR mendapatkan materi tambahan sepereti Fotografi, Arkeologi, Kemaritiman dan Komunikasi. (Anis.P)