BALADA PAS-PKS
BALADA PAS-PKS

PAS (Partai Islam Se-Malaysia) berdiri tahun 1951, bermula dari perjuangan umat Islam dipimpin para tokoh dan ulama menghadapi kolonial. Di bawah pengaruh gerakan pembaharuan pemikiran Islam (antara lain yang ditebarkan melalui berbagai majalah Islam di Singapura tahun 1909 "al-lmam", lalu koran "Edaran Zaman" di Penang 1925,  majalah " al-Ikhwan 1925 dan "Suara" pada tahun 1928), umat Islam berjuang melawan untuk membebaskan diri dari kolonial dan mendirikan negara Islam yang berdaulat. Media-media ini telah menginspirasi berdirinya berbagai gerakan atau organisasi Islam yang bercirikan nasionalis revolusioner, antara lain Hizbul Muslimin (HM).

HM muncul  pada tanggal 14 Maret 1948 bertujuan mengumpulkan para ulama dan elemen kekuatan umat Islam lainnya untuk memperjuangkan bangsa Melayu dan Islam, mewujudkan kemerdekaan dan mendirikan Negara Islam. Akan tetapi bulan Agustus 1948  HM dilarang oleh pemerintah kolonial dan tujuh tokoh penting HM dipenjara. Sikap dan pandangan-pandangan yang revolusioner nasionalis dan Islami HMlah memang telah membuat kecut pemerintah kolonial. Namun, spirit perjuangan umat Islam tidak surut bahkan mereka kemudian membentuk organisasi pergerakan politik Islam yaitu PAS yang diinisiasi dan digerakkan oleh tokoh tokoh UMNO berhaluan Islam revolusioner setelah mereka keluar dari UMNO karena berhaluan nasionalis Chauvinistik sekular.

Selain para ulama,  banyak tokoh penting HM yang kemudian juga bergabung di PAS. Di antara mereka ialah Ustaz Othman Hamzah, Ustaz Baharuddin Abd. Latif, Tuan Haji Khaider Khatib dan Ustaz Yunus Haji Yatim. Tidak terlalu berlebihan untuk berpandangan bahwa HM berperan penting sebagai cikal bakal PAS dengan ciri-ciri  ideologi: Islamisme, nasionalis, demokratis dan konservatif. Berdiri tahun 1951 dan terdaftar secara resmi tahun 1955. Menurut catatan, perjuangan politik ideologis PAS sejak awal berdirinya terinspirasi oleh gerakan Ikhwan Muslimun di Mesir dan Masyumi di Indonesia, dua partai Islam yang tidak sekedar disegani akan tetapi sekaligus dibenci oleh pemerintah. Ideologi dan pola perjuangan dua gerakan politik Islam ini diserap untuk pertama kalinya oleh para mahasiswa Malaysia yang sedang belajar baik di Indonesia maupun di Indonesia. Dari Ikhwan, selain militansi perjuangan, cita-cita mendirikan Negara Islam Ikhwan sangat menginspirasi PAS. Bahkan pengaruh besar Ikhwan bisa dikatakan cukup dominan.  Sementara,  dari Masyumi, citra intelektual dan partai kaum Modernis Muslim yang nampaknya mengesankan meskipun tidak cukup aplikabel bagi PAS.

Sebagai Partai Politik PAS merupakan partai dengan landasan ideologi Islam dan basis tradisional masyarakat Melayu. Ada spirit Islamisme dan Melayuisme. Jadi, memang ada schisme politik di kalangan masyarakat muslim etnis Melayu yaitu kelompok Melayu yang berhaluan nasionalisme sekular tergabung di UMNO dan yang berhaluan Islamisme tergabung di PAS. Sebagaimana disebut secara ringkas di atas, sejumlah tokoh muslim UMNO keluar karena menyaksikan kecenderungan sekular yang sangat tinggi,  rendahnya komitmen untuk melaksanakan ajaran-ajaran praktis agama (salat) dan chauvinis dalam pandangan kebangsaannya. Mereka keluar untuk kemudian didukung oleh sejumlah Ulama dan tokoh HM mendirikan PAS, satu-satunya partai orang Melayu yang berideologikan Islamisme.

PAS ikut kontestasi dalam Pemilu pertama Malaysia pada tahun 1959,  akan tetapi  hanya  berhasil memenangi satu kursi dari 222 kursi yang diperebutkan dan menegaskan diri sebagai partai oposisi dengan kekuatan yang masih kecil. Akan tetapi pada perkembangan berikutnya, PAS  berhasil menguasai pemeritahan federal di tiga negeri yaitu Kelantan, Terengganu, serta Kedah hingga saat ini, kisah sukses tegaknya pemerintahan Islam PAS.  Sepanjang sejarahnya,  PAS tampil sebagai partai oposisi terhadap pemerintahan UMNO. Perbedaan utama dua partai etnis Melayu PAS dan UMNO ini, sebagaimana yang disebut di atas,  terutama terkait dengan kecenderungan ideologis keduanya yaitu Islamis dan Sekular.

Perbedaan ini telah menjadi faktor penting pertentangan atau persaingan abadi dalam panggung politik di Malaysia meskipun PAS tidak pernah memenangkan kontestasi di parlemen. Memang pemerintah tetap secara terus menerus berupaya memperlemah atau memarjinalisasi PAS. Atas saran (alm) Muhammad Natsir (tokoh penting Masyumi) Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) tahun 1980an --organisasi kaum muda muslim yang saat itu dipimpin oleh Anwar Ibrahim (salah seorang pendiri ABIM)-- melakukan "political infuse" agar PAS memperoleh enerji melakukan perlawanan secara politik terhadap UMNO.

Perlawanan ini sangat penting untuk menghindari dari absolutisme politik UMNO dan menyehatkan iklim demokrasi di Malaysia. Tidak sedikit aktivis dan tokoh penting ABIM pasa masa itu kemudian yang menjadi pimpinan PAS dan karena itu, ABIM menjadi political backbone PAS. Melalui jaringan ABIM dan kemampuannya untuk meyakinkan terutama generasi muda muslim, PAS memiliki kemampuan minimal mempertahankan tiga negara bagian. Jadi,  ini memang unik karena ternyata Indonesia secara politik saat itu justru telah menginspirasi kepemimpinan di Malaysia:

  1. UMNO/Mahathir belajar dari Golkar/Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun. Bahkan, Mahathir pernah dijuluki Soekarno muda.
  2. PAS memperoleh inspirasi dan suntikan dari Masyumi antara lain melalui M.Natsir. Natsir tidak saja dikenal sebagai seorang tokoh besar yang komitmennya kepada Islam dan umat Islam tidak diragukan, jaringan internasionalnya luas terutama dengan dunia Islam dan kecintaannya kepada negeri sangat tinggi.
  3. Gerakan Reformasi di Malaysia yg dipimpin oleh Anwar Ibrahimpun terinspirasi oleh Indonesia yang dipimpin oleh Amien Rais. Hanya saja reformasi di Malaysia membutuhkan kesabaran dan ketangguhan ekstra dilakukan secara perlahan lahan dan konstitusional melalui mekanisme Pemilu. Sementara,  reformasi di Indonesia dilakukan dengan cara yang sangat cepat dan ongkos sosial politik yang sangat tinggi tidak melalui Pemilu,  akan tetapi melalui tekanan dan kudeta.

Dengan spirit reformasi,  PAS tahun 2000 kemudian cenderung bersifat pragmatis,  atas dorongan Anwar Ibrahim. PAS menjadi anggauta koalisi oposisi bersama PKR (partai yg dipimpin Anwar) dan DAP partai berhaluan sosialis kiri  etnis Cina. Isu demokrasi, keadilan ekonomi dan hukum, HAM, masyarakat madani dan sebagainya menjadi bagian penting kampanye PAS. Hasilnya,  Pemilu 2008 dan 2013 koalisi oposisi berhasil mendongkrak perolehan suara di parlemen. Akan tetapi, pasca pemilu 2013,  PAS mengalami konflik dengan mitra oposisinya yaitu DAP dan bahkan konflik internal karena PAS kembali memunculkan isu populisme yaitu Hudud/pemberlakuan Syariah. DAP memandang PAS telah mengkhianati perjuangan oposisi dengan berjuang mendirikan negara Islam. Karena itu,  PAS harus keluar dari aliansi oposisi. Dan memang kemudian PAS benar benar keluar untuk kemudian bergabung ke UMNO karena Najib memberikan sinyal akan memperjuangkan Hudud. Langkah Najib ini menimbulkan kontroversi juga di internal UMNO karena tidak sedikit yang ternyata menentang langkah Najib. Pemilu tempo hari memenangkan opisisi tanpa keikutsertaan PAS.

Hemat penulis, PAS mengalami kegagalan serius tidak saja dalam membaca peta politik akan tetapi juga karena telah memilih UMNO sebagai kawan yang justru diyakini merupakan a common enemy masyarakat Malaysia. Langkah menentang arus reformasi yang dilakukan oleh PAS ini sungguh mengherankan padahal pengalaman pemilu 2008 dan 2013 telah dengan gamblang membuktikan bahwa populisme,  sentimen etnis dan agama tidaklah memberikan manfaat dan PASpun tidak melakukan itu.

Bagaimana PKS dan Islamisme Indonesia? Sama dengan PAS,  pengaruh Ikhwan Muslimun cukup kuat bagi PKS paling tidak di masa awal sejarahnya. Tidak sedikit aktivis muslim Indonesia alumni Univ al-Azhar (Azhary) yang menjadi tokoh penting, ideolog dan menggerakkan PKS. PKS adalah partai kader yang terinspirasi oleh gagasan Islamisme demokratik dan juga konservatif mirip PAS. Sebagai organisasi kader, PKS sangat intens menyiapkan generasi terpilih bahkan antara lain melalui lembaga-lembaga pendidikan,  training dan keterampilan sebagaimana yang dilakukan oleh Ikhwan di era formatifnya.

Tidak sedikit ilmuan, saintis atau akademisi jebolan kampus ternama di luar negeri baik kampus Islam maupun non Islam yang kemudian menjadi penggerak penting PKS. Kampus-kampus Indonesia menjadi salah satu tempat kaderisasi PKS. Karena itu di sebagian umat Islam, PKS adalah partai alternatif dan masa depan yang diharapkan akan menggantikan posisi partai partai pragmatik sekular. PKS juga diharapkan menjadi partai percontohan yang secara moral dan intelektual kredibel. Belum diperoleh catatan atau rekaman adakah hubungan langsung dan khusus atau kerjasama antara PKS dengan PAS dalam mengusung ide Islamisme di Asia Tenggara. Akan tetapi kenyataan bahwa PKS menyandang dan menampilkan diri sebagai partai Islam,  tak bisa ditolak. Hanya saja tidak seperti PAS,  PKS tidak bercita-cita mendirikan negara Islam.

Terkait dengan itu patut diragukan spekulasi atau pandangan bahwa PKS akan mengikuti jejak PAS yang secara terus menerus berjuang mendirikan Negara Islam karena PAS adalah contoh yang gagal dalam mengusung ide ini. PAS diuntungkan dengan sistim politik yang diterapkan sehingga mampu menguasai tiga wilayah pemerintahan sebagaimana yang telah diurai di atas. PKS akan semakin pragmatis dalam menghadapi konstelasi dan kontestasi politik ke depan. Akan tetapi mungkin saja populisme relijius akan digunakan PKS yang -- bersama-sama dengan elemen masyarakat Islam lainnya,  misalnya Jamaah dan followers tradisional Habib Rizieq akan bersatu padu menjadikan pemerintah Joko Widodo sebagai common enemy karena dikesankan sebagai anti Islam, pro Cina dan lain lain.

Pemanfaatan sentimen agama dengan memobilisasi massa Islam secara damai untuk kepentingan politik sudah dilakukan sejak aksi 212. Tokoh utamanya adalah Habib Rizieq. Sejak itu,  beberapa aksi serupa dilakukan. Sejumlah tokoh politik kemudian terlibat (ambil bagian atau kesempatan)  memanfaatkan massa yang sangat besar untuk menciptakan common enemy. Bagaimanapun, tokoh politik dan partai politik manapun tidak akan mampu menghadirkan massa Islam yang begitu besar sebagaimana yang dilakukan oleh FPI di bawah kendali ustadz kharismatik Habib Rizieq. Koalisi Keumatan yang digagas Habib Rizieq saat ditemui Amien Rais dan Prabowo Subianto di Tanah Suci belum lama ini mengindikasikan kuat bahwa sentimen agama akan dimainkan di panggung politik jelang Pilpres 2019. Dan PKS adalah salah satu partai yang kemungkinan besar akan ikut memanfaatkan momentum ini tanpa embel embel Negara Islam. Berhasilkah? Masih panjang nampaknya. [***]

Oleh: Dr. Sudarnoto Abd. Hakim, M.A (Dosen Tetap di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Re-posting dari: http://rmol.co/amp/2018/06/11/343676/Balada-PAS-PKS-