Bahas Isu Artificial Intelligence, Prodi IP Adakan Webinar Nasional
Bahas Isu Artificial Intelligence, Prodi IP Adakan Webinar Nasional

FAH NEWS – Kamis, 07/07/23 Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar webinar bertemakan “Kecerdasan Buatan: Tantangan, Peluang bagi Pustakawan Akademisi dan Perpustakaan”. Webinar ini diselenggarakan via Zoom Meeting dengan menghadirkan dua orang narasumber. Narasumber pertama, Ari Nugraha, MIT (Dosen Universitas Indonesia) dan narasumber kedua yaitu Dwi Fajar Saputra (Project Manager Foss Studio), mereka dipandu oleh dua orang moderator juga yang merupakan dosen prodi IP yakni Riyan Adi Putra dan Al Muhdil Karim.

Dr. Ade Abdul Hak, M.Hum. selaku Dekan FAH saat memberikan sambutan dan pengantar dalam Webinar

Webinar diawali dengan sambutan dan pengantar oleh Dekan FAH UIN Jakarta, Dr. Ade Abdul Hak, S.Ag, SS, M.Hum. Dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa perkembangan teknologi yang terus berkembang memaksa pustakawan sebagai pengelola perpustakaan untuk terus meningkatkan kemampuannya. Salah satu tugas seorang pustakawan ialah melayani pemustakanya, sehingga tercipta citra perpustakaan yang baik dalam pelayanan efektif serta efisien. Dengan adanya teknologi perpustakaan dapat memanfaatkan AI untuk meningkatkan layanannya.

Belakangan ini kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI) merupakan topik hangat yang saat ini sedang marak dibicarakan. Semenjak adanya CHAT GPT yang dapat menjawab dengan rinci pertanyaan yang diberikan oleh pengguna, baik bersifat umum atau tidak spesifik sehingga seperti percakapan chat antar manusia. Karenanya webinar ini sangat penting untuk diikuti. “Jika kita mengingat kembali pada ajaran Al-Quran, maka  manusia sebagai umat yang terbaik, sehingga bagaimana konsep AI ini dapat mengangkat derajat manusia dan membebaskan manusia dari keterpurukan atau kesenjangan informasi sehingga kita dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT”. ujar Dekan.

Ari Nugraha saat menyampaikan materinya. Ia merupakan dosen Departemen llmu Perpustakaan & Informasi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

Webinar ini dilaksanakan dalam dua sesi, narasumber pertama adalah Ari Nugraha, M.T.I dengan topik “Kecerdasan Buatan untuk Efisiensi Layanan Perpustakaan” yang dipandu oleh moderator Riyan Adi Putra, M.Hum (Dosen Ilmu Perpustakaan). Ari Nugraha merupakan dosen Departemen llmu Perpustakaan & Informasi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Ia menyampaikan tiga Inti pembahasan yakni penerapan teknologi AI di perpustakaan, peran pustakawan, dan tantangan penerapan AI di Perpustakaan. Dalam pemaparannya terkait penerapan AI di Perpustakaan, berdasarkan definisi menurut Stuart Russell and Peter Norvig dalam buku "Artificial Intelligence: A Modern Approach" bahwa kecerdasan buatan atau agen menerima data melalui sensor dan bertindak melalui efektor berdasarkan apa yang dia rasakan. Sehingga AI mempunyai indra perasa berupa sensor yang dapat berupa data, baik data tekstual ataupun kondisi lingkungan secara nyata. Selanjutnya, terdapat beberapa aspek dalam penerapan AI di perpustakaan yakni indexing dan retrieval, virtual assistants, data analytics, recommendation preservation, dan collection preservation. Penerapan AI pada aspek pertama Indexing dan retrieval, bahwa AI dapat membantu pustakawan dalam proses pengindeksan/katalogisasi yang dibagi menjadi katalogisasi deskriptif dan katalogisasi subjek. Pada katalogisasi subjek untuk menetukan kata kunci dari sebuah dokumen, bagaimana AI dapat membantu proses pengindeksan tersebut untuk menghasilkan metadata yang berkualitas. Dahulu menentukan Tajuk Subjek dengan melihat Tesaurus atau Tajuk Subjek PERPUSNAS atau Subject Heading yang memakan waktu, dengan adanya AI maka akan semakin cepat sehingga pustakawan hanya perlu mengeceknya kembali. Pada kegiatan katalogisasi deskriptif, AI dapat melakukan copy cataloging dari sumber-sumber terpercaya sehingga lebih berkualitas dan meningkatkan efisiensi.

Hasil tangkapan layar para peserta webinar tampak serius mengikuti jalannya acara dari awal hingga akhir

Kemudian pada aspek kedua yakni virtual assistants dapat menggunakan robot untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan umum yang dapat berbicara dan berinteraksi dengan teks seperti penggunaan robot paper di Jepang. Sehingga pustakawan dapat melakukan hal lain yang lebih berkualitas. Terakhir pada aspek ketiga yakni data analytics dapat menganalisis data perpustakaan. Dengan adanya machine learning yang merupakan cabang dari AI bagaimana komputer dapat belajar dari data yang ia dapat. AI dapat menganalisis metadata, catatan sirkulasi, demografi pengguna, serta pola dari penggunaan sumber daya yang dapat menekan anggaran. Pada aspek yang keempat yakni recommendation system, AI dapat digunakan untuk memberikan rekomendasi kepada pemustaka terkait layanan/koleksi perpustakaan berdasarkan perilaku mereka seperti menganalisis seorang pemustaka yang memiliki minat pada koleksi tertentu sehingga dengan AI secara otomatis perpustakaan dapat memberikan rekomendasi bahwa terdapat koleksi terbaru yang ia sukai. Aspek yang terakhir adalah collection preservation, dalam hal ini AI bisa membantu pekerjaan pustakawan terkait dengan preservasi koleksi melalui alert system, environment conditioning, dan digital preservation.

Pada pembahasan kedua mengenai peran pustakawan dengan adanya AI ini adalah memberikan pendidikan terkait pemanfaatan AI secara etis, pengenalan AI kepada masyarakat, dan memanfaatkan AI untuk meningkatkan kualitas layanan. Meskipun  adanya AI yang dapat membantu meringankan tugas dari pustakawan dan meningkatkan layanan perpustakaan, namun tidak dapat kita hindari bahwa terdapat tantangan yang harus dihadapi untuk menerapkan AI di perpustakaan. Beberapa tantangan dalam penerapan AI di perpustakaan diantaranya : Infrastruktur & SDM, Relevansi Pustakawan, Privasi, dan Data. “Sebuah keniscayaan, mau tidak mau harus dirangkul dan pustakawan harus menggunakan perangkat berbasis AI untuk meningkatkan efisiensi kerja dan layanan kepada pemustaka.” pungkas Ari.

Dwi Fajar Saputra, S.SOS, M.M., (Project Manager Foss Studio) saat menyampaikan paparannya

Pada sesi kedua dengan tema “Peningkatan Kompetensi Pustakawan dalam Dominasi Kecerdasan Buatan”. Disampaikan oleh Dwi Fajar Saputra, S.SOS, M.M., (Project Manager Foss Studio) dimoderatori oleh Al Muhdil Karim, S.I.P, M.Hum. selaku Dosen Prodi IP FAH. Dalam paparannya terdapat empat hal inti yang disampaikan oleh Dwi. Berdasarkan data LSP Pustakawan 2020-2022, sebagai lembaga yang mengkoordinir bidang kompetensi pustakawan di Indonesia mencerminkan adanya kecenderungan pemilihan unit kompetensi yang tergolong di luar lingkup TIK. Hal tersebut menjadi bagian dalam melihat kesiapan para Pustakawan dalam menghadapi penilai uji kompetensi. Sehingga perlu adanya cetak biru agar dapat mengimbangi kondisi saat ini. Kemudian pemaparan selanjutnya, tantangan dalam Mengadopsi AI adalah ketersediaan sumber daya yang terbatas. Kebutuhan akan pelatihan dan pendidikan yang berkelanjutan, serta kekhawatiran privasi dan etika.

Peningkatan kompetensi pustakawan memiliki manfaat, diantaranya; untuk peningkatan efisiensi operasional dan layanan pengguna, pengembangan koleksi dan pemilihan sumber daya yang lebih baik, serta kesempatan baru dalam pelayanan informasi pendidikan. Selain manfaat terdapat issue terkait dengan kompetensi pustakawan dalam era AI. Adapun isu tersebut adalah seputar penguasaan teknologi AI dan alat-alat terkait, kemampuan untuk menerapkan teknologi AI layanan perpustakaan dan pengembangan keterampilan dalam manajemen data dan analisis.

Untuk mengatasi tantangan yang dihadapi maka perlu dilakukan strategi peningkatan kompetensi yang diantaranya dilakukan dengan: 1. Pelatihan, pendidikan dan sertifikasi dalam bidang AI dan teknologi terkait; 2. Kolaborasi dengan pakar AI dan institusi terkait pusat studi; dan 3. Membangun komunitas dan jaringan pustakawan yang berfokus pada AI. Peran akademik juga sangat penting pada perguruan tinggi dalam melihat potensi kecerdasan buatan di perpustakaan. Maka dengan melibatkan kecerdasan buatan pada aspek capaian pembelajaran lulusan keterampilan khusus di kurikulum dan solusi lain dengan membuat pusat studi. “Berkaitan dengan kompetensi pustakawan ini menjadi bagian tersendiri bagi inovasi pustakawan jangan sekali-kali Bapak atau Ibu sudah terlena atau sudah merasa puas” ujar Dwi menyimpulkan paparan diskusinya.

Kouta 300 participant di Zoom Meeting penuh oleh para peserta dari seluruh Indonesia

Kemudian acara ini ditutup dengan penyerahan sertifikat dan ucapan terima kasih oleh Kaprodi Ilmu Perpustakaan, Siti Maryam, M.Hum kepada kedua pembicara secara simbolis di room meeting zoom. Acara ini tak kurang dihadiri 300 peserta Zoom Meeting dan ditonton 156 orang melalui live streaming di kanal YouTube FAH UIN Jakarta.

Penulis: SM

Editor: AY