ASAL USUL DIKHOTOMI ILMU (Bag.2)
ASAL USUL DIKHOTOMI ILMU (Bag.2)
Penjelasan-penjelasan/ilmu-ilmu agama menjadi terkalahkan oleh akal-budi; penjelasan-penjelasan logis ilmu pengetahuan yang membuat manusia melakukan kontrol atas alam; dan juga produk-produk teknologi. Paling tidak, di Negara maju seperti Eropa, Amerika Utara, dan Jepang, otoritas/ilmu agama tidak lagi bisa mendikte kontrol sosial atas kelahiran, perceraian, aborsi, orientasi seks, dan perlunya pernikahan sebelum kelahiran anak. Yang berpengaruh langsung pada konstruk keilmuan yang dikhotomis adalah sistem pendidikan tinggi di Eropa yang berubah sejak masa renaissance. Pada masa sebelum renaissance, pendidikan tinggi di Eropa didominasi dan diselenggarakan oleh gereja dan tujuannya hanya untuk mencetak clergyman (klerikus [ulama]). Karena intervensi gereja yang sangat kuat, ukuran benar dan salah secara akademis ditentukan oleh gereja. Pasca renaissance, universitas-universitas di Eropa mengubah orientasinya: dari hanya mencetak klerikus menuju kebangkitan natural-philosopher (filosof kealaman) yang bebas dan lepas dari gereja. Bersama komponen masyarakat sipil yang bebas, Negara menciptakan kondisi finansial dan akademis yang memungkinkan munculnya lembaga-lembaga yang memiliki reputasi akademis yang independen semisal Royal Society of London, Oxford University, dan Harvard University. Lembaga-lembaga ini mendatangkan sejumlah pengajar sesuai disiplin ilmu yang mereka kehendaki, dimana komitmennya adalah pada pengembangan sains dan teknologi. Perguruan tinggi semacam ini disebut dengan universitas studiosorum yang lazim dikenal dengan Anglo System, meski jenis universitas sebaliknya yang berada di bawah pengaruh gereja juga tetap berkembang. Jenis universitas terakhir dikenal dengan sebutan universitas magistorum. Model ilmu yang dikhotomis bahkan menganggap rendah ilmu di luar ilmu empiris seperti ilmu keagamaan-- lewat model perguruan tinggi universitas studiosorum seperti di atas kemudian diperkenalkan ke dunia Islam. Di Indonesia model ilmu dikhotomis diperkenalkan melalui politik etis Belanda. Antara lain di STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) yang sebelumnya bernama Sekolah Dokter Jawa (kini menjadi UI [Universitas Indonesia]) dan di Technische Hoogschool yang kini menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB). TANGSEL POS, SENIN 01 JUNI 2015 SUARA KAMPUS, (Hal. 1) Oleh: Sukron Kamil