Ahmad Syafiq: Tantangan dan Realitas Peluang Kerja Lulusan Kampus melalui Workshop Tracer Study
Ahmad Syafiq: Tantangan dan Realitas Peluang Kerja Lulusan Kampus melalui Workshop Tracer Study

Ciputat, (27 Juni 2023). Ahmad Syafiq, yang menjabat sebagai Direktur Pengembangan Karir Lulusan dan Hubungan Alumni UI, mengkaji faktor-faktor dan tantangan yang dihadapi oleh para lulusan kampus dalam mencari pekerjaan. Pengungkapan ini dilakukan dalam acara Lokakarya Studi Rekam Jejak (Workshop Tracer Study) yang digelar oleh Fakultas Adab dan Humaniora (FAH), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, bertujuan untuk melacak jejak alumni FAH. Acara ini melibatkan 100 peserta, termasuk mahasiswa KKN in Campus dan para alumnus, baik yang hadir langsung di Aula Teather Abdul Gani Lantai 5 FAH maupun yang mengikuti melalui platform daring Zoom Meeting.

Dalam dialognya, Ahmad Syafiq, yang juga merupakan ahli gizi dari UI, membuka perbincangan dengan merespon pemberitaan media yang sering menggambarkan universitas sebagai penyumbang angka pengangguran terdidik di Indonesia. Namun, berdasarkan data yang diakumulasi, pengangguran di Indonesia sebenarnya lebih dominan di kalangan non-sarjana. Namun, ia tidak mengabaikan keprihatinan media karena tingkat pengangguran di kalangan sarjana pun ikut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Dalam pandangannya, ada beberapa tantangan mendasar yang dihadapi oleh kedua belah pihak, baik kampus maupun alumni, ketika memasuki dunia kerja. Salah satunya adalah kesenjangan antara lulusan dan tuntutan pekerjaan yang tersedia, yang sering kali terjadi. Banyak pekerjaan yang membutuhkan kualifikasi S1, meskipun sebenarnya pekerjaan tersebut juga bisa diisi oleh lulusan SMA. Ini menciptakan skenario di mana lulusan perguruan tinggi sering kali terpaksa bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan jurusan mereka.

Syafiq mengidentifikasi beberapa faktor yang menyebabkan kondisi ini terjadi. Pertama, keterampilan spesifik yang dimiliki oleh para lulusan seringkali kurang memenuhi standar yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Keterampilan teknis dan interpersonal kadang belum seimbang. Kedua, banyaknya jumlah pelamar pekerjaan dibandingkan dengan yang memenuhi syarat, membuat persaingan semakin ketat. Ketiga, minimnya eksposur dan kesempatan acara-acara terkait karir juga menjadi faktor penentu.

Mengenai solusi, Syafiq mengusulkan perlunya pengembangan studi rekam jejak (tracer study) yang diinisiasi oleh kampus. Ia menekankan pentingnya melacak jejak alumni untuk mengetahui bagaimana mereka mengaplikasikan pendidikan yang diterima di dunia nyata. Studi ini dapat memberikan gambaran tentang bagaimana alumni menemukan pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka, termasuk gaji, lingkungan kerja, dan kesesuaian dengan bidang studi. Tracer study juga mampu mendeteksi alumni yang masih menganggur, sehingga data akurat mengenai tingkat pengangguran dapat diperoleh. Kolaborasi antara fakultas dan jurusan dalam merancang dan mengumpulkan data dari alumni akan memberikan manfaat yang berarti bagi kampus, mahasiswa, dan bahkan orang tua, dalam memahami hasil nyata dari pendidikan tinggi dalam dunia pekerjaan.

Kontributor: Diah Ruhaini
Editor: Faizal Arifin