Workshop Penyamaan Persepsi Baca Qur’an (BQ) Mentor Sebaya: “Mentor Qur’ani, Generasi Adab: Menyatukan Persepsi, Meneguhkan Misi Pembinaan”
Berita FAH Online, Tangerang Selatan – Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar Workshop Penyamaan Persepsi BQ Mentor Sebaya dengan tema “Mentor Qur’ani, Generasi Adab: Menyatukan Persepsi, Meneguhkan Misi”, pada Jumat (31/10) pukul 13.00–16.30 WIB di Teater Bustami Abdul Ghani, lantai 5 FAH. Kegiatan ini menghadirkan Ibu Umi Hani, S.Th.I sebagai pemateri dan Bapak Hendra, S.T., M.Pd. sebagai moderator, serta diikuti oleh para mahasiswa dengan kategori sangat lancar dan direkomendasikan menjadi Mentor Sebaya Baca Qur’an (BQ) di lingkungan Fakultas Adab dan Humaniora.
Dalam sambutannya, Dekan FAH Dr. Ade Abdul Hak, S.Ag., S.S., M.Hum., CIQnR., menjelaskan bahwa program Mentor Sebaya merupakan amanah langsung dari Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memastikan seluruh mahasiswa UIN memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
“Hasil tes BTQ menunjukkan sekitar dua pertiga mahasiswa belum lancar membaca Al-Qur’an. Karena itu, satu pertiga mahasiswa yang sudah lancar kita tunjuk sebagai mentor sebaya untuk mendampingi teman-temannya,” jelas Dekan Fakultas Adab dan Humaniora tersebut.
Beliau menambahkan bahwa kegiatan ini juga menjadi wadah pengabdian dan pembelajaran nilai keikhlasan.
“Mentor sebaya tidak hanya mengajar, tapi juga beramal dan menanamkan keikhlasan. Jangan melihat berapa banyak rekan binaan, karena semakin banyak yang dibimbing, semakin besar pahala yang didapat,” pesannya.
Disampaikan pula sambutan oleh Ketua PPBQ FAH Ibu Dr. Nurul Aini, M.Pd. yang menekankan pentingnya peran mentor sebaya tidak hanya sebagai pengajar teknis, tetapi juga teladan dalam akhlak, kedisiplinan, dan dakwah melalui Al-Qur’an.
“Seorang mentor bukan hanya membimbing secara teknis, tapi juga menjadi contoh dalam adab dan akhlak Qur’ani,” ujarnya. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dekan dan seluruh jajaran fakultas atas dukungan penuh terhadap program ini, serta kepada Bunda Umi Hani yang telah berbagi ilmu dan pengalaman sebagai narasumber.
Bapak Hendra, S.T., M.Pd. selaku moderator juga menjelaskan bahwa kegiatan ini sekaligus menjadi workshop penyamaan persepsi bagi para mentor sebaya agar memiliki pemahaman yang sama terkait metode dan tujuan pembinaan.
“Para mentor wajib bersyukur karena dipercaya untuk membina kawan-kawan agar bisa membaca Al-Qur’an dengan baik sesuai tajwid,” tuturnya. Ia menambahkan bahwa masyarakat memiliki ekspektasi tinggi terhadap mahasiswa UIN, terutama dalam hal kemampuan membaca Al-Qur’an dan tampil sebagai panutan di tengah masyarakat.
Dalam sesi materi yang dipandu oleh Ibu Umi Hani, S.Th.I menegaskan pentingnya semangat “Mahir BTQ” sebagai upaya membentuk generasi muslim yang cinta dan fasih membaca Al-Qur’an. Melalui kegiatan ini, peserta diajak memahami keutamaan membaca Al-Qur’an dengan tartil, mengenal tahapan belajar BTQ mulai dari penguasaan huruf hijaiyah hingga tajwid, serta menumbuhkan tekad untuk istiqamah dalam mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. Beliau juga menyampaikan bahwa penguasaan tajwid dan makhraj huruf merupakan dasar dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an.
“Jangan terburu-buru belajar nada sebelum tajwid dan makhraj huruf benar. Tajwid adalah ruh dari bacaan yang indah,” tegasnya. Beliau juga mengingatkan bahwa belajar Al-Qur’an adalah proses panjang yang memerlukan kesabaran, ketekunan, dan semangat dakwah.
Dalam sesi utama Workshop Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ), Ibu Umi Hani, S.Th.I, secara interaktif melibatkan peserta untuk membaca Al-Qur’an menggunakan metode Yanbu’a jilid 1. Beliau menjelaskan secara rinci cara membaca dengan metode tersebut mulai dari jilid pertama hingga jilid terakhir, termasuk kategori level setiap jilid yang disesuaikan dengan kemampuan pembelajar, mulai dari tingkat dasar hingga lanjutan. Untuk menambah semangat para peserta, khususnya mentor sebaya, beliau juga mengajak seluruh peserta menyanyikan syi’ir Kalamun, lagu motivatif yang menjadi ciri khas pembelajaran Yanbu’a. Selain itu, Ibu Umi Hani memberikan simulasi pertanyaan seputar ilmu tajwid guna memastikan pemahaman dan persepsi peserta sudah selaras dengan standar kemampuan yang diharapkan dalam pembelajaran BTQ.
“Bacaan mad sering kali menjadi tantangan bagi pembaca Al-Qur’an, karena perbedaannya tidak hanya terletak pada huruf mad-nya saja, tetapi juga pada sebab, panjang bacaan, dan posisi huruf dalam ayat. Kesalahan dalam mengenali jenis mad dapat memengaruhi keindahan sekaligus makna bacaan Al-Qur’an. Oleh karena itu, saya ingin mengetahui pemahaman adik-adik semua tentang jenis-jenis mad, mulai dari mad thabi’i, mad far’i, mad jaiz, hingga mad lazim. Silakan dijawab dengan menyebutkan jenis mad, penyebabnya, serta panjang bacaannya. Hal ini saya lakukan untuk menyelaraskan pengetahuan seluruh mentor sebaya Fakultas Adab dan Humaniora.”
Kegiatan ditutup dengan peneguhan komitmen seluruh peserta untuk melaksanakan amanah sebagai mentor sebaya dengan penuh tanggung jawab dan keikhlasan. Para peserta juga akan mendapatkan sertifikat kompetensi dan sertifikat mentor sebagai pengakuan resmi dari fakultas. Dengan adanya kegiatan ini, Fakultas Adab dan Humaniora berharap lahir generasi Qur’ani yang tidak hanya mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, tetapi juga menjadikan nilai-nilai Qur’ani sebagai pedoman dalam kehidupan akademik dan sosial.
Dokumentasi:


