FAH UIN Jakarta Gelar Public Lecture Internasional: Mengupas Arah Pengajaran Islam di Perguruan Tinggi Inggris
Tangerang Selatan, Berita FAH Online — Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kembali menunjukkan komitmennya dalam memperluas jejaring akademik global melalui penyelenggaraan Public Lecture bertema “Teaching Islam in UK Higher Education.” Acara ini berlangsung pada Senin, 24 November 2025, pukul 09.00–12.00 WIB, bertempat di Sidang Utama Lantai 2 Gedung FAH.
Kegiatan ini menghadirkan akademisi terkemuka, Prof. Ayman Shihadeh, Profesor Intellectual History of the Islamic World dari SOAS, University of London—salah satu institusi paling berpengaruh di dunia dalam pengembangan studi Asia dan Afrika. Sesi ini dimoderatori oleh Prof. Drs. H. Amirul Hadi, M.A., Ph.D., Guru Besar Sejarah dan Peradaban Islam UIN Jakarta.
Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Dr. Ade Abdul Hak, S.Ag., S.S., M.Hum., menyampaikan apresiasi yang tinggi atas kesediaan Prof. Shihadeh berbagi perspektif ilmiah kepada civitas akademika FAH. Ia menegaskan bahwa kegiatan akademik bertaraf internasional menjadi bukti kesungguhan FAH dalam memperkuat iklim akademik yang bertumpu pada riset, diskusi kritis, dan kerja sama global.
Dekan juga menekankan pentingnya memahami dinamika pengajaran Islam di dunia Barat, khususnya di Inggris, sebagai bagian dari upaya memperluas cakrawala akademik mahasiswa dan dosen. “Di era globalisasi pengetahuan, kita tidak hanya perlu memahami perkembangan studi Islam di internal dunia Muslim, tetapi juga bagaimana Islam dipelajari, diajarkan, dan dikonstruksi dalam ruang akademik internasional,” ujarnya. Ia berharap melalui kegiatan ini FAH dapat semakin kokoh sebagai pusat pengembangan humaniora Islam yang terbuka, inklusif, dan berdaya saing internasional.
Dalam pemaparannya, Prof. Shihadeh mengajak peserta untuk menelusuri isu fundamental yang kerap muncul dalam narasi sejarah modern: mengapa dunia Timur mengalami kemunduran, dan apa yang menyebabkan umat Muslim dianggap tertinggal dalam perkembangan intelektual global. Pembahasan ini diposisikan dalam kerangka historis panjang, mulai dari perubahan struktur sosial-politik, stagnasi tradisi keilmuan klasik, hingga dampak kolonialisme terhadap bentuk lembaga pendidikan dan produksi pengetahuan di dunia Islam. Ia menegaskan bahwa wacana “kemunduran Timur” tidak dapat dilepaskan dari cara Barat memandang dunia Islam sekaligus bagaimana umat Muslim memahami diri mereka sendiri.
Lebih lanjut, Prof. Shihadeh menguraikan perkembangan Oriental Studies, disiplin yang sejak abad ke-18 menjadi pintu masuk akademisi Barat dalam mempelajari bahasa, budaya, dan agama Timur. Ia menjelaskan bahwa meskipun orientalisme memiliki sejarah yang problematis—sebagaimana dikritik oleh Edward Said—bidang ini terus berevolusi dan kini melahirkan pendekatan yang lebih kritis, reflektif, dan multidisipliner.
Ia kemudian memetakan perkembangan studi Islam di Inggris ke dalam empat konteks akademik utama, yaitu:
- Area Studies – mempelajari Islam melalui perspektif kawasan seperti Timur Tengah, Asia Tenggara, atau Afrika.
- Religious Studies – menempatkan Islam sebagai tradisi keagamaan yang dianalisis bersama tradisi religius lainnya.
- History – menelaah perkembangan Islam dalam lintasan sejarah panjang.
- Other Disciplinary Contexts – seperti filsafat, filologi, antropologi, politik, serta cabang-cabang humaniora lainnya.
Kerangka ini menunjukkan bahwa studi Islam di Inggris telah bergeser dari orientalisme klasik menuju pemahaman multidisipliner yang lebih kaya.
Salah satu poin penting yang ditekankan Prof. Shihadeh adalah perlunya memperluas ruang bagi publikasi dan pengajaran tentang Islam di universitas-universitas Inggris. Ia mencatat bahwa meskipun terdapat kemajuan signifikan, posisi kajian Islam masih lebih marginal dibandingkan kajian Kekristenan yang memiliki akar panjang dalam tradisi akademik Eropa. Ia menegaskan visinya dengan pernyataan: “I want to bring Islamic Humanities in Europe.” Menurutnya, Islamic Humanities—yang mencakup studi pemikiran, budaya, sejarah intelektual, dan teks klasik Islam—memiliki potensi besar untuk memperkaya ekosistem humaniora di Eropa sekaligus membuka ruang pemahaman baru tentang dunia Islam.
Dalam sesi penutup, Prof. Amirul Hadi menegaskan bahwa paparan Prof. Shihadeh memberikan pemahaman komprehensif mengenai perkembangan historis Islamic Studies di Inggris serta bagaimana dinamika orientalisme membentuk pendekatan akademik terhadap Islam. Ia juga menyoroti ketertarikan akademisi Eropa terhadap budaya dan Islam di Indonesia sebagai bagian dari proses panjang perubahan orientalisme dari pendekatan kolonial menjadi pendekatan akademik yang lebih kritis dan konstruktif.
“Pergeseran orientalisme inilah yang kemudian membuka ruang bagi lahirnya disiplin-disiplin baru dalam studi Islam,” jelasnya.
Public lecture ini mendapat sambutan antusias dari mahasiswa, dosen, dan peneliti yang hadir memenuhi ruang acara. Melalui kegiatan ini, FAH UIN Jakarta kembali menegaskan perannya sebagai institusi yang aktif membangun dialog akademik internasional dan memperluas wawasan civitas akademika mengenai dinamika perkembangan studi Islam pada tingkat global.
Dengan menghadirkan tokoh akademik dunia seperti Prof. Ayman Shihadeh, FAH UIN Jakarta tidak hanya memperkaya khazanah keilmuan di lingkungan kampus, tetapi juga membuka peluang kolaborasi ilmiah yang lebih luas antara Indonesia dan lembaga pendidikan tinggi terkemuka di Inggris.
Ditulis: Muhammad Suyuthi Alkautsar
Dokumentasi:
