FAH Berkolaborasi dengan LO Creatifah: Perkuat Kompetensi Jurnalistik Digital Lewat Workshop Bersama Jurnalis Profesional dari Kumparan dan Media Indonesia
FAH Berkolaborasi dengan LO Creatifah: Perkuat Kompetensi Jurnalistik Digital Lewat Workshop Bersama Jurnalis Profesional dari Kumparan dan Media Indonesia

Tangerang Selatan, Berita FAH Online — Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berkerjasama dengan LO Creatifah media internal FAH menyelenggarakan workshop bertajuk "Dari Fakta ke Narasi: Penguatan Literasi Informasi dan Moderasi Beragama melalui Jurnalistik Digital Humaniora" pada Rabu, 8 Oktober 2025. Acara yang berlangsung di Teater Lantai 5 FAH ini menghadirkan dua narasumber merupakan almuni FAH dan kini berkiprah di junalis profesional. Mereka adalah jurnalis Zamachsyari Chawarazmi, S.Hum jurnalis Istana  dari Kumparan yang merupakan alumni Prodi Tarjamah FAH serta Andika Prasetyo, S.Hum jurnalis dari Media Indonesia dan alumni  Prodi Sastra Inggris FAH.

Workshop ini digagas oleh LO Creatifah sebagai tim media resmi FAH  yang membawahi tim media sosial, tim website dan tim Podcast. Kolaborasi Creatifah dan FAH bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis, khususnya dalam bidang jurnalistik digital berbasis humaniora.

​Dalam sambutannya, Wakil Dekan II FAH, Dr. Siti Amsariah, M.Ag, menekankan pentingnya bagi mahasiswa untuk "mengeruk" ilmu dari para narasumber yang ahli di bidangnya. Ia menyoroti bahwa era digital saat ini menuntut setiap orang untuk bisa menyampaikan informasi ke seluruh dunia.

​"Di tangan kitalah segala informasi akan disampaikan melalui tulisan," ujar Dr. Siti Amsariah. Ia berpesan agar setiap tulisan yang dihasilkan mengandung unsur-unsur pendidikan yang santun, sehingga dapat memberikan dampak positif bagi pembaca.

​Sepanjang acara, Zamachsyari Chawarazmi membagikan pengalaman pribadinya sebagai jurnalis dengan gaya bicara yang santai dan penuh canda. Ia membuat suasana menjadi cair dan interaktif, seolah tidak sedang dalam acara formal. Hal ini terlihat dari kutipannya yang jujur dan apa adanya, seperti saat ia menyoroti tantangan profesi jurnalis yang menuntut fleksibilitas ekstrem.

​"Saking fleksibelnya, bisa kerja sampai jam 4 subuh," ungkapnya, yang disambut tawa dari peserta. Ia juga bercerita tentang pengalamannya bekerja sambil bepergian ke berbagai kota, bahkan ke luar negeri, yang menurutnya merupakan salah satu "kenikmatan" menjadi wartawan. "Bekerja sambil traveling ini yang bisa kalian nikmatin," katanya.

​Lebih lanjut, Zamachsyari menegaskan bahwa latar belakang keilmuan humaniora memberikan keuntungan besar. Ia mencontohkan pengalamannya meliput pertemuan penting, di mana kemampuan bahasa Arabnya lebih unggul daripada kecerdasan buatan (AI).

​"AI tetap kalah dengan manusia. Saya yang punya kemampuan bahasa Arab punya nilai lebih," ujar Zamachsyari. "Berita saya lebih cepat dan lebih akurat." Menurutnya, pengetahuan mendalam tentang sejarah, logika, dan bahasa dapat membuat lulusan humaniora lebih peka dan memiliki pemahaman luas saat mengolah sebuah fakta.

​Selain membagikan pengalamannya, Zamachsyari juga menguraikan prinsip-prinsip penting dalam jurnalisme digital yang ia sebut sebagai "prinsip-prinsip dari Al-Qur'an". Prinsip-prinsip tersebut meliputi Amanah (tanggung jawab menyampaikan informasi), Tabayyun (verifikasi fakta), dan Adil serta Berimbang (menulis berita tanpa memihak).

​Ia juga menyoroti pentingnya etika, seperti tidak mencampuradukkan fakta dengan opini pribadi serta selalu menghormati privasi dan martabat narasumber. "Mengolah fakta menjadi berita adalah kerja jurnalis," pungkasnya, menutup sesi yang penuh wawasan dan inspirasi.

Memasuki sesi kedua yang dimulai pukul 13.30 WIB, workshop jurnalistik menghadirkan narasumber dari Media Indonesia, Andika Prasetyo. Sebelum sesi dimulai, pemandu acara mengingatkan peserta untuk mengisi pre-test sebagai tolok ukur pemahaman awal sebelum menerima materi lanjutan.

Andika membuka pembahasan dengan topik kaidah jurnalistik yang berisikan penjelasan tentang cara pengolahan data peristiwa menjadi narasi berita, kode etik jurnalistik dan tuntutan ketika menjalankan tugas.

“Tidak enaknya ketika bertugas itu diharuskan mampu untuk menuntaskan liputan dan langsung menarasikan hasil dalam berita acara di hari yang sama dan juga sering ditugaskan secara mendadak” ungkapnya.

Sebagai ilustrasi, Andika menceritakan peristiwa demonstrasi yang terjadi pada 28 Agustus lalu. “Saat kejadian, ada seorang pengemudi ojek online (ojol) yang terlindas truk. Tidak ada wartawan di lokasi saat itu. Namun, setelah informasi tersebar, para jurnalis segera mendatangi rumah sakit untuk memverifikasi langsung kebenaran peristiwa tersebut,” jelasnya.

Menjelang penutupan acara, MC mengumumkan lima peserta dengan tulisan terbaik dari sesi praktik penulisan berita. Karya-karya terpilih tersebut akan dipublikasikan melalui website resmi Fakultas Adab dan Humaniora sebagai bentuk apresiasi atas kreativitas dan ketekunan peserta.

Tak lupa, para peserta juga diminta untuk mengisi soal post-test sebagai bahan evaluasi terhadap peningkatan wawasan setelah mengikuti materi dalam workshop jurnalistik ini. Post-test ini berfungsi sebagai pembanding dengan pre-test yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga panitia dapat menilai sejauh mana efektivitas penyampaian materi dan pencapaian tujuan dari kegiatan workshop. Hasil evaluasi ini akan menjadi dasar pertimbangan dalam penyempurnaan program sejenis di masa mendatang.

Acara ditutup dengan sesi foto bersama narasumber, yang diikuti dengan antusias oleh seluruh peserta. Antusiasme yang terlihat sepanjang kegiatan mencerminkan semangat dan ketertarikan peserta terhadap topik yang dibahas. Diharapkan, acara ini dapat memberikan dampak positif dan menjadi langkah nyata dalam mendukung kemajuan FAH ke depannya.

Penulis: Hera Awan Sawila & Fadhilah Ayua

Dokumentasi:

Jurnalistik 2

Jurnalistik 3

Tag :