Antara Tradisi dan Teknologi: Menyingkap Transformasi Kaligrafi di Era Digitalisasi
Tangerang Selatan – FAH UIN Jakarta | Transformasi kaligrafi di era digital adalah sebuah perjalanan yang atraktif, memadukan nilai-nilai tradisional dengan potensi tak terbatas melalui teknologi modern. Menyoroti hal tersebut, Program Studi Bahasa dan Sastra Arab (BSA) FAH UIN Jakarta menggelar webinar bertajuk “Kaligrafi Digital: Prospek dan Tantangannya”. Webinar yang diadakan via zoom meeting ini diisi oleh tiga pemateri hebat di bidang kaligrafi, di antaranya: 1) Dr. Didin Sirojudin, AR., M.Ag.; 2) Dr. Afifuddin Harisah, Lc., M.Ag.; dan Mawardi, S.Hum. Ketiga pemateri tersebut menyampaikan bahasan yang sangat insightful terkait dunia kaligrafi.
Webinar ini terbuka untuk umum, dihadiri oleh para mahasiswa dan para calon kaligrafer tanah air. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Dr. Ade Abdul Hak., S.Ag., S.S., M. Hum., CIQnR. dalam sambutannya mengungkapkan hal menarik: “Kemampuan seni kaligrafi cukup penting, terutama untuk mahasiswa/i BSA. Metamorfosis kaligrafi dari konvensional ke digital sangat inovatif, sebab aksesnya bersifat terbuka. Namun tentu memiliki tantangan tersendiri. Nilai seni dalam kaligrafi digital harus tetap dijaga dan perlu antisipasi agar tidak terjadi plagiasi”. Ujar Dekan FAH UIN Jakarta.
Didin Sirojudin, AR.. M.Ag., sebagai pemateri pertama menyampaikan pokok bahasan terkait relevansi kaligrafi digital dengan revolusi industri, Menurutnya, perkembangan kaligrafi digital memiliki plus minus tersendiri. “Kaligrafi dalam bentuk digital sebetulnya memiliki banyak sekali kelebihan. Seperti hemat kertas, pewarnaan pada kaligrafi lebih terang, cat tidak akan tumpah, dan efisien dalam pengerjaannya” pungkasnya. Pernyataan yang disampaikan oleh beliau selaras dengan misi “Go Green” yang ramai digaungkan masyarakat belakang ini. Go Green atau misi penyelamatan lingkungan dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya dengan mengurangi penggunaan kertas. Jika para kaligrafer melukis secara digital, otomatis kertas yang akan terbuang akan lebih sedikit sehingga mampu mengurangi pembabatan pohon. Selain itu, kaligrafi digital pun waktu pengerjaannya lebih ringkas sebab mudah sekali untuk diedit jika menggunakan media digital. Dalam akhir sesinya, Dr. Didin Sirojudin yang merupakan seorang Dosen Bahasa dan Sastra Arab (BSA) UIN Jakarta sekaligus Ketua Pesantren Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA) menggarisbawahi pernyataan penting bahwa seorang kaligrafer yang tidak mengikuti perkembangan zaman pasti akan tertinggal.
Materi selanjutnya disampaikan oleh Dr. Afifuddin Harisah, Lc., M.Ag. Beliau merupakan seorang dosen di UIN Alauddin Makassar. Dalam paparan materinya, beliau menyoroti hal penting terkait perubahan dimensi kaligrafi yang semula merupakan sebuah seni konvensional kemudian seakan beralih mode menjadi keterampilan editing digital. Secara implisit, kenyataan ini memudarkan spirit masyarakat untuk belajar menulis arab. Akibatnya, nilai-nilai penting yang terdapat dalam seni kaligrafi tidak diindahkan lagi oleh para kaligrafer modern.
Terakhir, Mutawali S.Hum. menyampaikan materi yang tidak kalah penting seputar prospek cuan dari seni kaligrafi dan software apa saja yang dibutuhkan dalam proses pembuatannya. Mutawali S. Hum. merupakan seorang praktisi kaligrafi yang dalam webinar ini menjelaskan secara gamblang peluang cuan yang bisa diperoleh oleh para kaligrafer. Beliau menyampaikan bahwa kemampuan kaligrafi sangat berpeluang untuk diikutkan dalam lomba MTQ, kontes desain, jasa logo arab, cover buku, bisnis kaligrafi printing, dan masih banyak yang lainnya. Sedangkan software yang dapat digunakan untuk kaligrafi digital di antaranya Adobe Illustrator, procreate, infinite painter, armadine, photoshop, dan masih banyak lagi.
Webinar kaligrafi digital yang telah terselanggara pada Kamis, 11 Juli 2024 ini memberikan pemahaman berharga bahwa penting untuk terus menghormati dan mempertahankan keunikan dan keindahan kaligrafi kovensional, sambil menjelajahi dan memanfaatkan peluang baru yang ditawarkan oleh kaligrafi digital. Dengan demikian, kaligrafi tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang dan memberikan banyak peluang baru untuk para seniman kaligrafi untuk giat berkarya.
Penulis: Hilya Maylaffayza